Lihat ke Halaman Asli

Gustaaf Kusno

TERVERIFIKASI

Forensik Palynomorf: Membekuk Pembunuh dengan Serbuk Sari

Diperbarui: 26 Juni 2015   06:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_106199" align="aligncenter" width="640" caption="Serbuk sari yang menempel pada serat kain"][/caption]

Pada tahun 1996, seorang ibu muda dari dua orang anak dibunuh secara keji di sebuah kota kecil bernama Noosa Heads, di pantai Queensland, Australia. Jasadnya dicampakkan di sebuah taman di antara pepohonan waddle (sejenis akasia) yang sedang berbunga. Mobil wanita ini kemudian ditemukan di sebuah rumah pria di kawasan Gympie. Di bagian dalam mobil ini didapati kelopak bunga dan bekas-bekas tanaman. Sewaktu diinterogasi polisi, pria ini dengan tegas menyangkal pernah bepergian ke Noosa dan mengendarai mobil wanita korban pembunuhan ini. Namun dia mengakui bahwa sehari sebelumnya, dia menyelusuri jalan di Gympie di mana banyak ditumbuhi pohon waddle ini. Polisi mencurigai keras pria ini, namun tidak dapat menahannya karena tidak ada bukti yang mendukungnya.

Polisi minta bantuan kepada ahli forensik palinomorf untuk menyingkap tabir kejahatan ini. Dari penelitian ditemukan bahwa pohon waddle yang tumbuh di Noosa dan di Gympie merupakan dua spesies yang berbeda dan juga mempunyai musim berbunga yang berlainan. Dokter Milne, ahli forensik palinomorf, selanjutnya menganalisa sampel serbuk sari (pollen) dari dua spesies yang berbeda lokasi ini dan mengidentifikasi ’sidik serbuk sari’ (pollen print). Dia selanjutnya mengambil sampel serbuk sari dari bagian luar dan dalam mobil korban dan juga dari pakaian si tersangka. Hasil analisa akhirnya membuktikan bahwa serbuk sari yang ada di mobil korban dan yang ada di baju tersangka semuanya berasal dari Noosa dan bukan dari Gympie. Lelaki ini ditangkap dan dalam pengadilan dijatuhi hukuman seumur hidup karena pembunuhan.

Kasus pembunuhan tahun 1996 ini, merupakan salah satu contoh keampuhan ilmu forensik palynomorf mengungkap dan menemukan bukti pelaku kejahatan. Palynologi adalah ilmu yang mempelajari karakter serbuk sari (pollen) dan spora (spore) yang dapat digunakan sebagai alat bukti kejahatan. Serbuk sari ini mempunyai ciri-ciri yang spesifik untuk tiap-tiap tanaman, mudah menempel pada pakaian dan sepatu, tahan lama (tidak mudah hancur atau degradasi karena cuaca) dan umumnya dihasilkan oleh tanaman dalam jumlah cukup banyak. Ukuran pollen ini sekitar 10-70 milimikron dan akan terbawa oleh angin atau binatang sebagai moda untuk penyerbukannya. Di negara Barat pollen dikenal sebagai biangnya alergi, namun dewasa ini dia dapat dimanfaatkan sebagai salah satu metoda untuk membekuk dan menghukum pelaku kejahatan. Negara yang sudah menerapkan forensik palynomorf secara penuh adalah Selandia Baru. Di AS ilmu ini masih belum populer dan baru beberapa kasus yang ditangani dengan pembuktian serbuk sari ini.

Salah seorang kriminologis ternama yang menggunakan serbuk sari sebagai alat bukti adalah Max Frei dari Swiss yang mulai mempeloporinya sekitar tahun 1960-1970. Dalam salah satu kasus, dia bisa membuktikan adanya serbuk sari pada sebuah pistol yang ditengarai sebagai senjata pembunuh. Si tersangka bersikukuh bahwa pistol ini sudah berbulan-bulan tidak pernah dikeluarkannya dari kotak penyimpanan. Analisa Frei menunjukkan pada pelumas (grease) pistol ini ditemukan serbuk sari pohon alder dan birch yang pada saat kejadian pembunuhan itu sedang mengalami musim penyerbukan (pollinating). Max Frei juga tersohor, karena meneliti kain kafan dari Turin yang kontroversial. Shroud of Turin ini diklaim sebagai kain kafan yang dipakai untuk membalut jasad Yesus dan noda-noda yang tergambar pada kain ini menampilkan wajah Yesus ini. Hasil analisa Frei menunjukkan bahwa terdapat 49 jenis pollen yang terperangkap pada kain kafan ini dan semuanya merupakan pollen yang khas ditemukan di kawasan Israel, Mediterania barat dan Turki. Hasil temuan ini tentu lebih menguatkan ’keaslian’ kain kafan yang masih banyak diragukan oleh para pakar purbakala.

Pemanfaatan forensik palynomorf juga dilaksanakan pada kejahatan penyeludupan marijuana. Pernah didapatkan kasus penangkapan tiga orang penyeludup ganja pada waktu dan tempat berbeda. Ketiganya mengaku tidak saling mengenal. Hasil analisa serbuk sari ini menunjukkan membuktikan bahwa tiga paket ganja ini mempunyai kesamaan tipe serbuk sari dan merupakan marijuana yang khas ditanam di kawasan Asia Tenggara. Kesimpulannya kesemuanya dikirim dari satu sumber sama yang dikendalikan oleh sebuah sindikat.

Forensik palynomorf ini belum dikembangkan secara luas, karena beberapa kendala. Pertama, metode pengambilan sampel serbuk sari ini harus benar-benar teliti, sehingga tidak dimungkinkan terjadi kontaminasi. Juga penyimpanan sampel ini harus benar-benar ketat untuk mencegah terjadinya barang bukti yang ditukar, tertukar atau dihilangkan.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline