[caption id="attachment_103869" align="aligncenter" width="640" caption="(ilust jehovahs-witness-headlines.net)"][/caption]
Di negara bagian AS, Kansas cukup ramai diberitakan kasus yang menyangkut keyakinan agama yang berbenturan dengan prinsip kedokteran di dalam penanganan pasien. Kasus dimaksud adalah keyakinan dalam agama Saksi Yehovah (Jehovah’s Witness) yang mengharamkan penganutnya untuk menerima donor darah sekali pun dalam kondisi yang mengancam nyawa (life threatening). Adalah Mary Stinemetz (64) warga Kansas yang menderita penyakit hati stadium lanjut yang mengalami dilema berat di dalam memperoleh penanganan medis untuk menyelamatkan jiwanya. Satu-satunya harapan untuk mempertahankan hidupnya, maka ia harus menjalani cangkok hati (liver transplant). Namun prosedur bedah pencangkokan hati mengharuskan dilakukan transfusi darah. Sebenarnya negara bagian Kansas sudah menyetujui pembedahan transplantasi hati yang berbeaya 250.000 dollar ini melalui asuransi kesehatan Medicaid. Namun operasi ini tidak dilaksanakan, karena Stinemetz bersikukuh untuk meminta operasi yang dilaksanakan tanpa transfusi darah.
Operasi tanpa transfusi darah (bloodless surgery) ini memang sudah dikembangkan di beberapa negara bagian antara lain karena mempertimbangkan keyakinan agama Saksi Yehovah ini. Namun persoalannya, di negara bagian Kansas sendiri belum ada fasilitas bloodless surgery ini dan sarana yang terdekat ada di Omaha, negara bagian Nebraska. Pemerintah negara bagian Kansas menolak opsi transplantasi hati dilakukan di negara bagian lain, dengan berdalih bahwa operasi ini dapat dilakukan di Kansas. Akhirnya Mary Stinemetz terkatung-katung nasibnya, meskipun sesungguhnya dia sekarang sedang berpacu dengan maut karena penyakit biliary cirrhosis semakin menggerogoti kesehatannya. Biliary cirrhosis adalah penyakit kronis di mana saluran empedu (bile duct) mengalami peradangan dan akhirnya hancur sehingga terjadi penumpukan cairan empedu di hati. Semenjak penyakit ini mengalami progresi, dia mengalami penurunan berat badan yang drastis, sesak nafas, perutnya membuncit dan dalam tempo 18 bulan terakhir sudah menjalani penyedotan cairan di paru-parunya sebanyak 13 kali. Dia juga terus menerus menggigil, karena mengalami anemi (kurang darah) akut.
Agama Saksi Yehovah adalah sempalan dari agama Kristen yang sangat menekankan kemurnian ajaran. Di seluruh dunia penganutnya berjumlah sekitar 16,6 juta umat dan terbanyak berada di negara AS, Brazil dan Meksiko. Karena kuatnya menjaga kemurnian agama ini, mereka tidak mengakui keberadaan agama-agama lain dan menanggapnya sebagai kafir. Mereka juga tidak mengakui keberadaan negara dan segala peraturannya dan percaya pada suatu saat negara akan lenyap. Oleh karenanya, fatwa agamanya melarang penganutnya untuk masuk dalam dinas tentara, menghormati bendera nasional, menyanyikan lagu kebangsaan. Mereka juga tidak merayakan hari ulang tahun, hari Natal, Paskah dan terutama hari Thanksgiving karena semuanya merupakan ritual orang kafir (pagan).
Mereka juga melarang keras segala bentuk kemaksiatan, seperti homoseksualitas, hubungan seks di luar nikah (premarital sex), masturbasi, aborsi, dan juga berjudi, minuman keras. Transfusi darah juga diharamkan, sekali pun si penganutnya akan kehilangan nyawanya akibat larangan ini. Setiap pelanggaran hukum agama ini akan berakibat pengucilan kepada yang bersangkutan. Sekalipun bermuara dari agama Kristen mereka tidak mengakui adanya Trinitas (Tri Tunggal Maha Kudus), kehidupan abadi dan api neraka, karena semuanya tidak tercantum dalam injil (Bible). Secara umum, penganut Saksi Yehovah ini menganggap orang di luar agama mereka adalah masyarakat sekular yang secara moral bejat dan dalam pengaruh setan, oleh karenanya perlu dijauhi.
Bagaimana kelanjutan kasus Nimenetz ini? Tuntutan hukum yang dilayangkan ke negara bagian Kansas memang belum membuahkan hasil yang menggembirakan, karena pemerintah tetap menolak untuk prosedur bloodless liver transplant ini. Kasus-kasus bernuansa keyakinan agama ini memang cukup merepotkan, seperti yang juga terjadi pada penganut agama Adven (Seventh Day Advent) yang dipecat dari pekerjaannya karena tidak masuk kerja pada hari Sabtu (hari Sabath yang melarang mereka bekerja).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H