Lihat ke Halaman Asli

Gustaaf Kusno

TERVERIFIKASI

Singa Duyung Yang Emoh Permen Karet

Diperbarui: 26 Juni 2015   19:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

[caption id="attachment_32928" align="alignleft" width="300" caption="merlion singapura"][/caption]

Siapa yang tidak kenal maskot kota Singapura yang termasyur ini. Namanya adalah merlion. Kenapa dia diberi nama merlion ? Karena mengambil padanan kata yang sama dengan mermaid (putri duyung). Jadi merlion boleh kita terjemahkan dengan ’singa duyung’. Dia adalah separuh singa separuh ikan dan simbol yang yang dirancang pada tahun 1964 oleh dinas pariwisata Singapura ini, dibuat menjadi patung setinggi 8,6 meter dan diresmikan oleh PM Lee Kuan Yew pada tahun 1972. Apakah anda tahu bahwa yang memberi nama Singapura itu adalah Pangeran Sang Nila Utama dari kerajaan Sriwijaya pada abad ke 11?Dahulunya wilayah ini disebut Temasek (dari bahasa Jawa artinya ’laut’). Waktu sang pangeran pertama kali menjejakkan kaki di wilayah ini, dia melihat seekor singa besar dan diputuskannya untuk menamai kawasan ini dengan Singapura alias ’kota singa’.

Bicara kota Singapura kita tidak mungkin melupakan soal kebersihan yang menjadi trade mark kota ini. Ini tentunya tidak terjadi begitu saja dengan sendirinya. Misalnya undang-undang yang melarang pembuatan,penjualan,pemakaian permen karet (chewing gum) digagas karena begitu ’joroknya’ orang Singapura membuang sisa permen karet ini di jalanan, di dalam gedung-gedung, di bis, di subway dan tempat-tempat umum lainnya. Mereka bahkan menempelkan permen karet ini di lubang kunci, di tombol lift, di kotak surat dan di pintu kereta cepat MRT sehingga pintunya tidak dapat menutup dengan sempurna. Undang-undang yang diberlakukan tahun 1992 ini akan mengenakan denda 500 sampai 1000 dollar Singapura bagi siapa saja yang melanggarnya.

Saya teringat pengalaman pahit menduduki permen karet waktu tugas belajar di Amerika Serikat. Beruntunglah ada seorang siswa perwira dari Maroko yang memberikan resep cespleng untuk menghilangkan permen karet ini dari celana saya. Soalnya kalau kita memakai bensin, permen karet ini justru akan larut dan melebar menempel di kain.

Resepnya adalah cukup dengan es batu ! Gosok-gosoklah permen karet ini berulang-ulang dengan es batu, maka dia akan mengeras menjadi serpihan-serpihan dan dengan mudah bisa kita lepaskan dari kain celana.

[caption id="attachment_32929" align="alignright" width="300" caption="little mermaid copenhagen"][/caption]

Omong-omong soal mermaid sebetulnya ada maskot yang benar-benar ’putri duyung’ dan tidak kalah ternamanya dari merlion yaitu little mermaid di kota Kopenhagen, Denmark. Patung yang setinggi empat kaki itu dipahat oleh seniman Edvard Eriksen diilhami oleh dongeng Hans Christian Andersen dengan judul yang sama. Dia diresmikan pada tahun 1913 dan menjadi salah satu atraksi turis yang paling ternama di dunia.

Mengobrol soal ikan duyung (yang sebenarnya memang ada dan bukan mitos) saya jadi terkenang soal tebak-tebakan binatang mamalia. Kalau anda ditanya, kucing termasuk binatang menyusui atau bukan tentu mudah jawabnya. Tetapi kalau anda diberi pertanyaan tentang binatang yang hampir-hampir tidak pernah anda lihat dan disuruh menentukan apakah dia ’melahirkan’ atau ’bertelur’ tentu agak repot menjawabnya. Mau tahu rahasianya? Lihat saja binatang ini mempunyai daun telinga atau tidak. Kalau dia mempunyai daun telinga , 99 persen dia adalah binatang mamalia. Kalau tidak berdaun telinga, maka dia berkembang biak dengan bertelur.

Masih berbicara seputar ’ikan’, salah seorang mahasiswa yang mengikuti kuliah saya, membuat saya harus menahan geli. Tatkala saya bertanya apa kira-kira arti dari She is a selfish woman ternyata dijawab ‘dia adalah wanita ikan sel’. Rupa-rupanya kata fish ini bisa menjebak juga, padahal maksudnya ’dia adalah wanita yang egois’. Memang di negara kita jauh lebih terkenal istilah ’egois’ daripada selfish.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline