Lihat ke Halaman Asli

Gustaaf Kusno

TERVERIFIKASI

Menjadi Detektif Kata Serapan

Diperbarui: 26 Juni 2015   19:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Saya punya hobi yang buat saya menantang dan mengasyikkan. Yaitu berburu asal-usul dari sebuah kata. Ibaratnya calon mertua yang bertanya kesana kemari mencari tahu bobot bebet bibit dari sang calon menantu. Dan memang medan perburuan saya ini cukup luas sehingga saya perlu mengadakan riset amatiran dan thanks to the internet wawasan saya terbuka lebar.

Banyak diantara kita yang menyimpan pertanyaan misalnya sebetulnya kata ‘dongkrak’ itu berasal dari bahasa apa dan bagaimana ‘sejarahnya’ kok tercipta kata itu. Atau asal muasal kata ‘sirsak’ yang kadangkala disebut nangka belanda. Dan sebenarnya masih ada seribu satu pertanyaan lainnya yang cukup menggelitik curiosity kita.

Inilah yang diistilahkan dengan ‘kata serapan’ atau loan-words. Bisa dari bahasa Belanda (ini yang terbanyak), bahasa Sansekerta, bahasa Arab, bahasa Inggris, bahasa Cina dan lain-lainnya. Dari namanya loan alias pinjaman seyogyanya ‘barang’ itu harus kita kembalikan ke pemiliknya. Tapi laksana kita meminjam buku, buku itu tidak pernah kita kembalikan kepada pemilik aslinya. Bahkan buku itu kita coret-coret dan kita tekuk tekuk sekehendak hati kita. Jadi untuk urusan ini sebetulnya kita sudah ’mengemplang hutang’.

Kembali ke soal ’dongkrak’ tadi, kata ini diserap dari kata Belanda dommekracht. Kalau diterjemahkan secara bebas kira-kira artinya ’si perkasa yang bego’. Nama ini ditujukan untuk perkakas tuas pengungkit mobil apabila kita mau mengganti ban yang bocor. Mungkin benar juga, alat ini kuat perkasa tapi cukup bego mau disuruh memikul mobil yang begitu berat. Sampai di telinga orang Indonesia berubahlah kata dommekracht ini menjadi ’dongkrak’.

Yang cukup unik mungkin terbitnya kata ’sirsak’. Dia diserap dari kata Belanda juga yaitu zuurzak ( arti harafiahnya : kantong asam ). Buah yang memang asam rasanya tapi segar ini mungkin hanya bisa dijumpai penjajah Belanda di negara kita saja. Ini terbukti dalam kamus bahasa Belanda van Dale Grote Woordenboek pun zuurzak ini tidak tercantum dalam vokabularinya.

Saya tidak selalu mujur dalam ’perburuan’ kata-kata serapan ini. Pernah saya terganjal mencari asal-usul kata ’pelor’. Saya yakin seratus persen ini bukan kata asli bahasa Indonesia, tapi pencaharian saya menemui jalan buntu. Dicari di bahasa Belanda ternyata namanya kogel , di bahasa Inggris namanya bullet, di bahasa Portugis namanya bala. Tapi inilah hebatnya internet. Seorang netter pemerhati bahasa mengatakan bahwa kata ’pelor’ ini berasal dari kata pelouro (Portugis). Dan ternyata dia benar. Ini memang kata yang sudah obsolete karena arti sebenarnya adalah bundaran besi sebesar bola yang ditembakkan dari meriam kapal di zaman baheula. Dan dalam bahasa kita ’pelor’ pun bermetamorfosa menjadi ’peluru’ dan digunakan sampai sekarang.

Perburuan saya sampai kepada ’kepenasaran’ yang lain. Yaitu kata ’sekoci’, perahu penyelamat yang digunakan apabila kapal mengalami kecelakaan dan akan karam. Dalam bahasa Belanda ternyata namanya reddingsboot, di bahasa Inggris lifeboat.Saya sudah ublek ublek di banyak kamus tetap saja nihil hasilnya. Dan sekali lagi inilah kedahsyatan internet dan sekaligus meneguhkan maxim bahwa ’diatas langit masih ada langit’. Seorang blogger mengatakan bahwa kata ini berasal dari bahasa Belanda schuitje.

Orang Belanda memang paling suka menambahkan akhiran ’je’ pada kata bendanya yang menyatakan ’kecil’. Dan setelah saya cari di kamus Belanda ternyata memang benar ada kata schuit yang berarti sampan atau perahu.

Ada satu buku referensi kata serapan bahasa Indonesia yang cukup lengkap berjudul Loan-words in Indonesia and Malay yang dikompilasi oleh Russel Jones. Buku ini merupakan hasil penelitian bertahun-tahun dari beberapa pakar ilmu linguistik, salah satu diantaranya adalah mendiang Dr. CD Grijns. Sekalipun disusun oleh dedengkot nya bahasa Indonesia saya mau sedikit mbalelo untuk etimologi kata ’antri’.

Dijelaskan disitu bahwa kata ’antri’ berasal dari kata aantreden (Belanda). Tapi saya berpendapat bahwa kata itu berasal dari kata in the rij. Sepadan dengan kata Inggris in the line. Soalnya aantreden lebih menjurus kepada arti berbaris (dalam militer). Boleh dong saya berbeda pendapat.

Dan mumpung kita masih berbincang-bincang soal kata serapan ini saya ingin menunjukkan beberapa loan-words dari bahasa Portugis. Jumlahnya memang tidak banyak karena negara kita tidak terlalu lama diduduki oleh Portugis, tapi sungguh ’antik’.

Inilah beberapa diantaranya : garpu (dari bahasa Portugis garfo), peniti ( alfinete ), terigu ( trigo ), tinta (tinta ), topi (chapéu ), sabun (sabão ), limau (limão ), kaldu ( caldo ), gagu ( gago ), gancu ( gancho ), sepatu ( sapato ), boneka (boneca ).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline