Lihat ke Halaman Asli

Gustaaf Kusno

TERVERIFIKASI

Aku Jatuh Hati Pada Baguette, Gelato dan Cappuccino

Diperbarui: 20 Juni 2015   03:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14029150021234017913

[caption id="attachment_329316" align="aligncenter" width="526" caption="baguette (ilust sallybernstein.com)"][/caption]

Mengadakan wisata ke Eropa, apakah itu wisata belanja, wisata rohani, pasti tak boleh dilewatkan wisata kuliner. Destinasi pertama wisata saya adalah negara Italia, kemudian dilanjutkan ke Perancis, lalu ke Belgia dan terakhir ke Belanda. Kuliner di Italia adalah “gelato” (ice-cream khas Italia) dan “cappuccino”, di Perancis “baguette” (roti panjang) dan “escargot” (daging bekicot), di Belgia “cokelat” dan di Belanda “keju” dan “wafer”. Sekalipun, kuliner-kuliner di atas juga bisa didapatkan di Jakarta, bisa dipastikan cita rasanya tak bisa menandingi atau menyamai yang dibuat di negara asalnya.

Di kota Roma, Italia, saya sempat mencicipi “gelato” (bentuk jamak: “gelati”) dengan pilihan satu, dua atau tiga rasa. Harganya berkisar antara 2,5 – 5 euro. Pilihannya sangat berwarna-warni, sampai warna yang tidak lazim seperti warna biru, ungu, hijau juga ada. Dan rasanya, wah, luar biasa. Tak dapat dilukiskan dengan kata-kata nikmatnya. Mungkin kenikmatan ice-cream Italia ini disebabkan karena dia dibuat dengan tangan (hand-made) dan tidak dengan mesin (industrial). Di Perancis, saya juga sempat membeli “gelato” ini, namun rasanya tak selezat buatan Italia. Konon, orang yang ingin membuka gerai eskrim dari seluruh dunia, pasti akan pergi ke Italia untuk belajar resep membuat gelato ini.

Kuliner lain yang tiada tandingannya di Italia adalah “cappuccino”. Nama “cappuccino” ini adalah bentuk diminutif dari “cappuccio” (bermakna “hood” atau “tudung kepala”). Sejak abad 16, rahib (monk) pengikut ordo Franciscus Asisi, mengenakan jubah (habits) bertudung kepala berwarna merah kecoklatan. Dari warna jubah inilah, minuman kopi khas Italia ini diberi nama. Sampai sekarang, rahib pengikut ordo OFM ini disebut dengan “capuchin”. Cappuccino diramu dengan tiga unsur yaitu espresso, susu panas (hot milk) dan kepala susu (milk foam). Meskipun di Jakarta kita bisa mendapatkan cappuccino, dijamin rasanya tak bisa menandingi keaslian yang diramu di Italia ini. Konon cappuccino menjadi minuman setiap pagi orang Italia. Di sini, kalau kita mencari Starbuck pasti tak akan ketemu.

Di Perancis, saya langsung jatuh hati pada roti panjang yang dinamakan “baguette”. Roti ini di bagian luarnya keras, namun di bagian dalamnya lembut dan gurih. Panjangnya sekitar 65 sentimeter, namun ada juga yang satu meter. Istilah “baguette” ini konon baru dipakai pada tahun 1920 dan secara harfiah dia bermakna “tongkat”. Karenanya, dalam bahasa Perancis ada istilah baguette magique (magic wand atau tongkat ajaib), baguettes chinoises (chopsticks atau sumpit), or baguette de direction (tongkat dirijen). Kalau kita ingin memakannya, maka roti panjang ini dipotong melintang, kemudian diiris ditengahnya untuk diisi dengan pate atau keju. Bisa juga setangkep baguette ini dilapis dengan mentega dan selai, lalu dimakannya sambil dicelupkan pada kopi atau hot chocolate. Memakan baguette ini kosong, saya sudah merasakan nikmatnya yang luar biasa. Di mini market, dia dijual dengan nama flute (artinya “seruling”) dan harganya sekitar 6.5 euro. Di negeri Belanda roti panjang ini dinamakan dengan “stokbrood”, namun rasanya tak sama, karena ingredient-nya berbeda. Juga yang spesifik adalah roti yang berbentuk melengkung dinamakan “croissant”. Tak usah dibandingkan dengan croissant yang sering kita beli di tanah air, karena kelezatannya berbanding seperti bumi dan langit.

Kuliner Perancis yang khas lainnya adalah daging bekicot yang dinamakan “escargot”. Sayang saya tak sempat mencicipi daging yang di negeri kita dianggap menjijikkan ini, karena kesempitan waktu. Makanan khas dari Belgia yaitu cokelat dan khas Belanda “keju” sempat saya beli untuk oleh-oleh.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline