Lihat ke Halaman Asli

Tubagus Ganjar Purnama

simple Man Not Superman

Sisi Lain Cerita di Perbatasan

Diperbarui: 24 Juni 2015   01:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tinggal di perbatasan bukan lah hal yang mudah seperti tinggal di daerah lainnya. Itulah yang di alami oleh sahabat kecil saya yang baru ini berkunjung ke rumah kecil saya, salam rindu dan juga cerita masa kecil menjadi hidangan utama kami sudah lama hilang komunikasi, sampai sahabat saya bercerita tentang tempat tinggal sekarang yang berada di perbatasan Indonesia dan Malaysia.

Pulau sebatik, pulau kecil inilah sahabat kecil saya sekarang tinggal bersama keluarga kecilnya, tak disangka memang namun dengan profesi guru yang siap di tugaskan dimanapun, maka sahabat saya menerima ketika harus ditugaskan di sebuah pulau yang masih bisa dibilang di jajah ekonomi dan budaya oleh Negara tetangga kita.

Sahabat ku pun bercerita panjang lebar tentang pengalaman pertama kali berada di sebatik, mulai dari budaya melayu yang begitu kental dan bahasa pun sebagian besar memakai bahasa melayu, sistem perdagangan yang bisa memakai mata uang ringgit Malaysia dan juga rupiah membuat sahabat saya sedikit kebingungan, apalagi di sana pasar tak ada setiap hari dan Cuma dua kali dalam seminggu. dan tentunya system pendidikan yang lebih baik membuat sebagian warga lebih memilih menyekolahkan anaknya di sekolah Malaysia.

Bayangkan saja bila produk dalam negeri lebih mahal dan juga susah untuk di dapatkan maka tak ada jalan lain bila warga disana memilih produk Negara tetangga apalagi dengan nilai yang lebih murah. Inilah yang membuat warga lebih memilih tetangga seberang dengan semua dengan semua kemudahan yang didapat.

Walaupun begitu banyak hal yang sangat baru dihadapin oleh sahabat saya yang berasa di Negara lain. Namun satu hal yang menarik yang membuat saya menarik ketika sahabat saya berkata warga disana bukan tak ingin berbahasa Indonesia,bersekolah di Indonesia, memakai rupiah sebagai mata uang, berbelanja produk indonesia namun begitu mudahnya produk dan budaya Negara tetangga daripada negeri sendiri mau tak mau membuat warga disana lebih nyaman dengan apa mereka dapatkan.

Namun satu hal yang membuat kagum dengan cerita sahabat saya, ketika saya bertanya mengapa mau ditugaskan di ujung perbatasan ketika masih banyak daerah yang lebih baik lagi. Jawaban dari mulut sahabat saya ini yang membuat saya kagum dan juga merasa malu, dia berkata memang masih banyak daerah yang lebih baik lebih bagus dia menerima tugas ini karena mereka adalah warga indonesia, mereka adalah saudara tanpa alasan apapun mereka masih membutuhkan perhatian yang sama dengan daerah lain, jangan karena mereka di perbatasan maka tak ada yang peduli sampai akhir nya mereka merasa bukan warga Indonesia.

Satu kalimat penutup dari sahabat saya yang membuat saya malu adalah “saya ingin bersama mereka merasakan lagi bangga nya menjadi bagian bangsa Indonesia yang indah ini” sebuah kalimat penutup yang begitu menginspirasi saya.

Terimakasih sahabatku, tanpa kamu mungkin saya akan selalu melupakan saudara saya yang jauh diperbatasan sana yang nyata nya masih ingin menjadi bagian dari Negara tercinta ini.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline