Lihat ke Halaman Asli

Abdul Ghofar

Menulis mengisi waktu mengungkap rasa

Jawa Suriname

Diperbarui: 15 Desember 2024   02:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto orang Jawa Suriname dan Holland. Sumber dokpri.

Jawa Suriname, tanggal 1 Desember yang lalu saya naik kereta api Argowilis dari setasiun Cipeundey menuju Surabaya Gubeng, saya di gerbong 3 dapat duduk 5D.

Ketika naik gerbong tidak terlalu penuh, banyak yang kosong, lurusan saya di nomor 5 A dan B terisi dan nomor 4 A dan B juga terisi dua pasang suami istri, saya lihat istri, kedua-duanya sibuk mengupas jeruk dan ngunyah jeruk yang keilhatan manis sambil berbicara dalam bahasa jawa bercampur bahasa yang saya tidak faham, terus begitu, keempat orang itu berbicara bahasa jawa tapi logatnya agak wagu ditelinga saya. Wagu artinya aneh, bahasa jawa tapi logatnya tidak umum di telinga saya. Jawa ngapak bukan, jawa timur bukan apalagi jawa tengah, sambil sesekali mereka berbicara dalam bahasa yang tidak saya kenal.

Di Setasiun Cipeundeuy kereta berhenti cukup lama, salah seorang dari empat orang itu turun keluar gerbong sambil memoto kesana kemari keadaan Setasiun Cipeundey sambil sesekali berbicara dalam bahasa yang saya tidak faham.

 Setelah dia masuk kembali ke Gerbong dan kereta mulai berjalan kembali saya beranikan untuk bertanya karena penasaran dengan logat jawa mereka dan sesekali diselingi bahas yang saya tidak kenal itu.

"Sampean kok logat jawane seje, sampean teko endi.?" Tanya saya dalam bahasa jawa.

Saya punya pengalaman waktu di Mekah tahun 2008.

Ketika itu saya dalam antrian, ada ibu-ibu yang saya yakin kalau dia orang Indonesia, yaa seperti biasanya kita orang Indonesia kalau bertemu orang yang kira-kira senegara dinegara orang saya sapa dia, " Darimana bu asalnya?." Dia diam saja seperti yang tidak mengerti bahasa saya. Tiba-tiba ada laki-laki yang memberi tahu saya, "Mas ojo takon bahasa Indonesia, bahas jawa ae."

Lalu saya ulangi pertanyaan saya, "Saking pundi bu?." Dia langsung respon, " Kula saking Suriname."

Nah karena pengalaman tahun itulah akhirnya saya coba mereka yang empat orang itu dengan menggunakan bahasa Jawa.

Saya soalnya sudah curiga dengan logat mereka dan sesekali bahasa yang mereka pakai saya tidak faham, yang belakangan saya ketahui dari mereka bahwa memang sesekali mereka bicara dalam bahas Belanda kalau mereka sudah kesulitan mengutarakan sesuatu dalam bahasa Jawa.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline