Lihat ke Halaman Asli

Gus Noy

TERVERIFIKASI

Penganggur

Puisi | Napak Tilas Organik

Diperbarui: 16 Januari 2020   02:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

: Paklik Yustinus Sugiyanto

Siapa yang pernah mengukur
Setiap helai rambut di atas puluhan kalender
Sepanjang jalan timur ke barat ke timur
Sampai pupuk organik menumbuhkan jamur tiram
Di persimpangan malam

Helai demi helai menaut ujung-ujungnya
Memulai risalah dari kampung jawa
Berjalan kaki ke sekolah menjadi
Bangku buku papan tulis meleburkan timah

Satu helai menautkan penggaris ke mesin tik
Helain lainnya menautkan jemari ke cincin emas
Di sanalah garis risalah mengikat helaian

Risalah panjang hanyalah pendeknya serat optik
Menjaring Napak Tilas kampret cebong kadal gurun kodok gurun
Menjejak di Gang Nias menjelang senja mengecup jamur tiram

Biarkan Kota Terhilang Membaca Bukumu di Atas Kakus
Mendengarkan senandung jangkrik serangga malam
Sebab pelosok-pelosok telah terperosok ke kavling-kavling
Orang-orang harus menyambung nafas tanpa mulas
Mendengkur memimpikan banyak surga 

Biarkan secangkir kopi bersaksi keki
Tentang ilmu jiwa pedagogik metode-metode
Dikulum kurikulum dan ujicoba di laboratorium pendidikan
Saban ganti menteri ingkar kaki lupa kepala sendiri
Guru-guru memburu gaji dan sertifikasi berubah gaya hidup

Panjangnya risalah gersangnya pertanian akademik
Pendeknya serat optik suburnya pupuk organik
Para pengukur menabur benih dalam kantung kemih terbalik

Siapa pula yang sengaja mengulur-ulur
Helai demi helai rambut gugur tanpa dicukur

Hanya panggilan hijau yang menghalau parau
Risalah telah berbenang merah mengunci haluan malam

*******
Ruang Pandang, Sri Pemandang Atas, 13-1-2020

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline