Mengapa kamu biarkan aku tetap terbungkus
Saban hari diberaki lalat nyamuk
Seperti kakus tidak terurus
Sebelum kamu ambil aku dari kawan-kawanku
Lalat selalu kencing berak di cangkir kopimu
Nyamuk sempoyongan di jidatmu ambruk di pelupuk
Kamu lelap seusai merengek pada pacarmu
Meminta aku menemanimu di saat pacarmu berhalangan
Aku tahu itu semenit setiba di sini
Lalat nyamuk saling heran saling memuji kamu
Betapa baiknya kamu menyediakan tempat khusus
Sebenarnya aku tidak suka menemanimu
Kamu asoy ngobrol dengan kawan-kawanmu
Kawan-kawanmu menyebut namaku
Kamu pun menunjuk-nunjuk aku sudah jadi kawanmu
Matamu berkilau-kilau waktu mereka memberi jempol
Kamu pilih indehoy dengan pacarmu kala sepi
Dengan pacar lainnya kala pacarmu tidak tandang
Lalat nyamuk silih berganti membuang hajat di mukaku
Kecoak pun sering muntah membasuh mukaku
Mengapa dulu kamu ambil aku dari kaumku
Dari diskusi panjang kami tentang ribut bagi-bagi royalti
Dari gelak kami menyaksikan percumbuan menggebu
Dari bisik dongeng kami sebelum lelap bermimpi
Apakah aku cuma umpan di air muka kawan-kawanmu
Untuk kamu dapatkan jempol berenang dalam decak
*******
Kelapa Lima, Kupang, 22-11-2017
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H