Lihat ke Halaman Asli

Gus Noy

TERVERIFIKASI

Penganggur

Mendirikan Iri

Diperbarui: 22 Oktober 2017   23:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Mengapa iri kepada bunga-bunga
Kepada kupu-kupu lebah-lebah

Mengapa iri kepada buah-buah
Kepada burung-burung serangga-serangga

Seperti sengaja menusuk-nusuk diri sendiri
Dengan duri-duri sengat-sengat tanduk-tanduk
Jarum-jarum sembilu-sembilu

Pedih perih nyeri menari-nari
Di jemari-jemari di lidah-lidah

O, betapa bunga dan buah yang bedebah
O, betapa kupu lebah burung serangga yang celaka

Lengkingan jeritan raungan selama jantung berdetak
Mengapa harus ada apa saja yang hanya justru jadi
Pedih perih nyeri hingga menari-nari dalam nadi
Hidup pun berkubang dalam dera luka lara

Seperti tidak sengaja atau tanpa rencana
Mendirikan iri semakin menjulang nan gagah
Dalam setiap tarikan nafas
Dalam setiap kerjaan pikir
Dalam setiap sentuhan rasa
Menggelisah menggelinjang

O, ini bukanlah puisi menguras semesta metafora
Bersama Plato  Baumgarten Read Allsopp Morris
Sebab pedih perih nyeri tidak sudi dibatasi kemasan
Rupa iri punya hak berekspresi tanpa repot menopengkan diri
Dengan coreng moreng dongeng-dongeng cengeng

Mengapa iri kepada iri yang tengah tegak berdiri
Melengking paling lantang nyaring menantang selisih
Aktualisasi dirinya sendiri

Mungkin masing-masing iri sedang ingin bugil gila-gilaan
Di hadapan semua analisis opini telanjang
Biarkan stetoskop tergantung ketukan palu

*******
Kelapa Lima, Kupang, 22 Oktober 2017

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline