Terlepas dari kapasitas kecerdasan intelegensial (IQ) di bawah rata-rata alias idiot (0-29) atau jenius (140+), setiap orang memiliki pemikiran atau pendapat masing-masing mengenai apa saja. Entah dari dalam dirinya, kebiasaannya, ataupun situasi di luar dirinya. Mungkin singkat, kurang singkat, bahkan bertele-tele.
Setiap orang yang sudah tamat sekolah dasar (SD), tentunya, sudah bisa menulis, selain membaca dan menghitung. Terlebih setiap orang yang telah tamat perguruan tinggi, dengan syarat penting berupa skripsi atau tugas akhir. Tentunya juga, skripsi bukanlah sekadar suatu kumpulan kata tanpa data dan segala yang berkaitan dengan kaidah penulisan skripsi.
Proses berpikir tidak pernah berhenti setelah tamat pendidikan formal. Situasi di sekitar yang kini kian mudah disaksikan dengan indera apa adanya, baik sekitar yang nyata maupun situasi maya melalui layar kaca (serat optik), tidak jarang memancing pemikiran orang-orang yang menyaksikannya.
Pada pesatnya perkembangan media informasi-komunikasi dengan maraknya peralatan mutakhir, tidak jarang, pemikiran pun selalu dipacu untuk beroperasi (bekerja), bahkan ketika bangun tidur hingga sekian menit sebelum tidur. Ketergantungan pada benda teknologi bernama gawai (gadget) cenderung sangat memacu kerja pikiran, dan meluapkan pemikiran entah apa saja.
Hal paling sepele yang terlihat adalah pada status media sosial,dan kotak komentar. Kata-kata berlimpah ruah bak banjir bandang, bahkan setiap saat. Dari yang sekadar "wkwkwk" sampai "segala isi dunia" secara panjang-lebar-tinggi. Nyaris semuanya berupa tulisan.
Sebenarnya, situasi dan eksistensi alat (gawai) bisa dimanfaatkan untuk melatih diri dalam penyampaian pemikiran melalui tulis-menulis. Tidak perlu panjang seperti tulisan ini. Cukup tiga alinea (paragrap). Alinea pembuka, isi, dan alinea penutup. Atau, bisa juga empat alinea, yaitu alinea pembuka, alinea referensi (semacam landasan teori), alinea isi (pendapat), dan alinea penutup (kesimpulan). Setiap alinea terdiri dari dua-tiga kalimat.
Dengan sering berlatih, meski tulisan ringan atau tanggapan santai, tidak mustahil akan memudahkan kelancaran menyampaikan pemikiran, apalagi bagi seorang bergelar sarjana yang pernah menulis skripsi secara murni (tanpa kopi peist/copy paste). Selain melatih diri, juga pemikiran seseorang belum tentu asal-asalan. Melalui tulisan terstruktur secara sederhana, bisa jadi malah pemikiran sederhana itu berguna bagi pembaca.
Jadi, bagaimana? Ya, selamat mencoba.
*******
Panggung Renung Balikpapan, 2017
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H