I. Pendahuluan
Setiap hari kita berkomunikasi dengan sesama, pesan yang disampaikan tidak hanya dalam bentuk verbal, tetapi juga dalam bentuk non verbal. Pesan-pesan non verbal tersebut dapat berupa ekspresi raut wajah (pesan fasial), gerakan tubuh (pesan gestural), dan keadaan postur tubuh kita(pesan postural). Pesan gestural adalah salah satu yang akan dibahas lebih dalam di tulisan ini. Pesan gestural termasuk kedalam komunikasi visual, yang memungkinkan sebuah pesan dapat bersifat rancu dan membutuhkan konvensi dan lingkup referensi yang sama(Bangsa, 2014).
Contohnya orang-orang Itali dalam budayanya sering menggunakan simbol-simbol pada tubuh untuk menegaskan suatu ekspresi dan untuk mempermudah mereka menyampaikan pesan secara singkat dan cepat, untuk mengekspresikan sebuah pertanyaan seperti "apa", "mengapa", "bagaimana" mereka akan menguncupkan kelima jari kearah atas dan menggerakannya naik turun, atau untuk mengekpresikan sebuah acceptance, mereka akan menggabungkan jari telunjuk dan jempol, lalu membentuk sebuah lingkaran dan ketiga jari sisanya dibuka, tetapi ekspresi acceptance tersebut jika digunakan di Jepang akan memiliki arti yang berbeda, yaitu "uang". Tidak hanya Itali, masyarakat Amerika juga banyak menggunakan simbol pada tubuh untuk mengungkapkan ekspresi mereka, seperti mengacungkan jari tengah dan jari telunjuk saat berfoto di depan kamera yang berarti peace/victory, tetapi jika gestur tersebut jika dilakukan di Inggris maka artinya adalah sebuah umpatan (f*ck you). Semua hal diatas adalah bagian dari komunikasi visual, yang dapat bersifat rancu.
Terlepas dari penggunaan simbol-simbol seperti mengacungkan jari tengah dan telunjuk, ekspresi acceptancedari orang Itali, simbol-simbol yang digunakan tubuh tersebut sudah banyak dikenal oleh orang Asia, khususnya orang Indonesia. Terdapat satu gestur yang sering digunakan orang-orang di negara english speaking country dan masih jarang diketahui oleh orang Indonesia yaitu Finger Crossed. Ketidaktahuan ini dibuktikan dengan riset yang dilakukan oleh saya terhadap 50 orang mahasiswa universitas Atma Jaya Yogyakarta, dari 50 responden tersebut hanya 7 orang yang tahu dan mengerti arti dari gestur tersebut(diagram hasil riset saya cantumkan di lampiran).
Finger Crossed memiliki arti yang berbeda di beberapa Negara. Arti dan asal-usul finger cross akan dibahas lebih dalam di bagian pembahasan. Saya memilih topik ini karena berdasarkan riset dan data yang saya dapatkan, masih banyak orang yang belum mengerti arti dan penggunaan gestur finger cross tersebut.
Pembahasan
Kerangka Teori
Komunikasi Visual adalah komunikasi yang menggunakan mata sebagai sensasi penglihatan(Henry Dreyfuss dalam Gogor Bangsa 2008). Komunikasi Visual memanfaatkan unsur-unsur rupa seperti warna, lambang, komposisi. Komunikasi visual sudah lama digunakan dari zaman prasejarah atau belum mengenal aksara, seperti gambar-gambar yang ditemui di dalam gua-gua, dan kepingan tanah liat dari peradaban Sumeria, dan lain sebagainya. Tetapi komunikasi visual tidak sepenuhnya universal karena tidak semua bangsa dan budaya menafsirkan sebuah pesan visual dalam satu arti. Pesan Visual dapat berupa tanda, tanda-tanda tersebut yang membangun komunikasi visual.
Untuk memahami tanda diperlukan ilmu tanda atau semiotika (Berger, dalam Bangsa 2008). Semiotika berasal dari bahasa Yunani yang berarti semeionyang berarti tanda. Tanda merupakan sesuatu yang mewakili sesuatu. Untuk membaca tanda dikenal istilah Signifier(penanda) dan Signified(petanda). Contohnya disaat kita melihat air laut surut kita dapat mengambil kesimpulan bahwa itu menjadi tanda dari efek dari gravitasi bulan dan sebentar lagi akan datang gelombang tsunami.Surutnya air laut merupakan penanda, dari akan datangnya tsunami atau efek dari gravitasi bulan (petanda).
Namun menurut Bangsa(2008) pada perkembangannya ditemukan pula tanda juga bisa menipu, yaitu symbol.Menurut Saussure dalam bangsa(2008) simbol merupakan sebuah tanda yang hubungan antara penanda dan petanda hanya seperempat(sebagian) rancu. Simbol sendiri merupakan tanda yang mewakili tanda. Sifat simbol menurut Saussure salah satu sifat simbol adalah memiliki hubungan asli yang tidak bisa serta merta tergantikan antara penanda dan petanda itu sendiri. Contohnya simbol dari kesetiaan adalah burung merpati, simbol tersebut secara universal sudah diakui, karena terdapat hubungan yang logis antara kesetiaan dengan merpati. Terbukti dari sifat burung merpati sendiri yang selalu setia dengan pasangannya dan akan sakit-sakitan kemudian stress dan mati jika salah satu pasangannya mati, serta selalu pulang kerumah tempat dirinya diberi makan dan dipelihara. Meskipun begitu saat melihat burung merpati kita tidak serta merta melihat dan mengartikan merpati adalah simbol dari kesetiaan, tetapi hal tersebut dipengaruhi oleh konteks. Simbol sendiri memiliki arti yang mendalam, sehingga untuk memahami sebuah simbol kita dipengaruhi oleh latar belakang, pengalaman, referensi dan kebudayaan yang dianut oleh seseorang (Bangsa, 2008).
Untuk dapat membaca tanda visual(termasuk simbol) diperlukan keluasan wawasan, kedalaman referensi, pengalaman, serta memahami konvensi yang berlaku. Tidak semua tanda dapat terbaca dengan jelas karena beberapa faktor (Bangsa, 2008)seperti: