Lihat ke Halaman Asli

Terbangun dari Lamunan Malam

Diperbarui: 24 Juni 2015   11:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Hati ini ingin meluakkan sebait kata-kata
melinting selembar rumput kertas di atara jempol dan jari telunjuk
Airnya mataku bergoyang dengan irama terkantuk-kantuk
sembari memercikkan bening yang keperakan.
Dan disini, di atas sebuah batu kasur pipih di bawah cahaya bola pijar
aku berbaring tengkurap.
Dengan kedua tangan menompang pipi,
sinar lampu menghangatkan punggungku yang telanjang dan kemerahan.
dan seputar penginapanku begitu sarat dengan lalu lalang para gadis
saling berbondong-bondong dan berdesakan dimana- mana.
Penuh gemerlap, mewah dan riuh, segala macam lagak dan keangkuhan digelar sambil berlomba memamerkan yang mereka miliki.” Jari jari lentik”
sesaat melawan lamunan teratasi
Di bawah taburan cahaya putih riuhnya malam ini,
Kembali otakku beralasan, “kembalilah, bodoh!”
jiwaku menjawab.”teruskan langkahmu,
karena segalanya kembali padan_Nya dan dirimu sendiri.
kelemahanmu, kekuatanmu, cintamu, imanmu dan keraguanmu!”

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline