Lihat ke Halaman Asli

Miftahul Aziz

Penantian Kehidupan Adalah Kematian

Menjujung Harokah Kemuliaan Perempuan

Diperbarui: 23 Januari 2025   10:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

MENJUNJUNG HAROKAH KEMULIAAN PEREMPUAN

Pembicaraan tentang perempuan selalu menjadi salah satu topik yang menarik untuk di bicarakan, baik antar sesama perempuan terlebih antar laki -- laki baik tua ataupun muda. Al Qur'an sendiri mengakui hal tesebut secara tegas menyebutkan " Arrijal qowwamuna 'ala nisaa" sepintas terlihat disini bahwa potongan ayat tersebut menunjukan tentang tugas kepemimpinan merupakan tugas yang istimewa. ulama kontemporer, menafsiri jika 'Rijal' sebagai sifat yang kuat, yang mampu melindungi, mengayomi, memberikan pendidikan baik laki-laki maupun perempuan.

Kemulian Perempuan

Perempuan memiliki keajaiban empati yang memesona, memungkinkan mereka menyelami dan memahami emosi orang lain dengan mendalam. Keistimewaan ini tak hanya mempererat hubungan antarpribadi, namun juga memperkaya kemampuan kepemimpinan perempuan dengan kelembutan dan perhatian yang tulus. Namun perempuan seringkali di perlakukan secara tidak wajar, baik karena tidak mengetahui kadar dirinya maupun mengetahuinya namun terpaksa meneruma pelecehan. Hal ini terjadi di dalam masyarakat modern, terlebih di masa lalu.

Sejarah mencatat bahwa suatu ketika perempuan di nilai sebagai makhluk nomer dua. Dalam masyarakat hindu di India, keadaan perempuan tidak lebih baik. Dalam ajaran Manu di nyatakan bahwa, " Wabah penyakit, kematian, racun, ular, dan api, semuanya lebih baik dari pada perempuan". Seorang istri harus mengabdi kepada suami layaknya mengabdi kepada Tuhan. Seorang Istri harus berjalan di belakang suami, tidak boleh berbicara dan juga makan bersamanya, tetapi memakan sisa dari suaminya. Bahkan seorang istri harus di bakar hidup -- hidup pada saat mayat suaminya di bakar atau jika ingin tetap hidup seorang istri harus menggunduli rambutnya memperburuk wajahnya agar tidak ada laki -- laki lain yang mau dengannya.

Tidak jarang Agama di jadikan dalih dalam prespektif negatif tersebut, padahal ini termasuk Interpretasi lampau yang keliru namun sudah melekat di alam bawah sadar masyarakat, sebagai contoh kisah terciptanya Nabi Adam dan siti hawa yang menyatakan bahwa perempuan lahir dari tulang rusuk seorang laki -- laki. Tentu itu hanya berlaku pada adam dan hawa. Sedangkan setelahnya laki -- laki dan perempuan lahir akibat pertemuan sperma dan ovum. Al qur'an secara tegas menyampaikan bahwa kemuliaan di tentukan oleh ketaqwaannya kepada Allah bukan pada jenis kelamin atau siapa yang lebih dulu di ciptakan.

Karena itu, merupakan hal yang sangat amat penting di sadari bersama  bahwa harokah dan martabat seorang perempuan  tidaklah berbeda dengan seorang laki -- laki. Dalam hal ini Al Qur'an kembali lagi menegaskan kepada kita ba'dhukum min badh " sebagian kamu dari sebagian yang lain ", keduanya di perintahkan untuk saling bahu -- membahu guna terwujudnya masyarakat sejahtera.

Kemandirian Perempuan

Kemandirian perempuan, mengharuskannya tampil sebagai perempuan dan bangga dengan identitasnya. Kemandirian tidak boleh lebur, sehingga menjadikannya sebagai lelaki dan tidak juga menjadikan mereka harus mengalah dengan mengorbankan kepentingannya sebagai seorang perempuan yang memiliki hak dan kewajiban yang setara dengan laki -- laki.

Kemandiriannya menjadikan seorang perempuan berkewajiban menolak setiap upaya yang bermaksud mengekplotasi keunggulannya sebagai perempuan. Kemandirian perempuan menuntut untuk tidak terpaksa harus menerima begitu saja apa yang di perintahkan kepadanya walau ayah atau suaminya. Jika merujuk pada Al qur'an maka citra seorang perempuan teramat sangat terpuji di situ menyebutkan bahwa anak -- anak perempuan Nabi Syu'aib AS yang notabene masih gadis mereka bekerja untuk memenuhi kebutuhan Ayahnya yang sudah usia senja.

Perempuan diberi hak -- haknya oleh Allah SWT, " Walahunna mitsluladzii 'alaihinna bilma'ruf " yang artinya " Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajiban mereka menurut cara yang ma'ruf". Perempuan tidak hanya harus merasa dirinya setara dengan laki -- laki, tetapi perempuan juga harus membuktikan hal tersebut melalui kemampuannya dalam dunia nyata.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline