Desa merupakan unit pemerintahan terkecil yang melaksanakan fungsi-fungsi pelayanan kepada masyarakat. Selain itu, desa juga merupakan sarana interaksi politik yang sederhana dan berpotensi mencerminkan kehidupan demokrasi dalam masyarakat bernegara. Oleh karena itu, Pemilihan Kepala Desa (Pilkades) bukan hanya sebagai sarana untuk menyalurkan aspirasi masyarakat semata, tetapi juga sebagai alat untuk menciptakan demokrasi yang mampu memfasilitasi pembangunan yang pesat, peningkatan pelayanan publik, kesejahteraan dan kepuasan masyarakat.
Pemilihan Kepala Desa juga merupakan pesta demokrasi, di mana masyarakat desa dapat berpartisipasi dengan memberikan suara untuk memilih calon Kepala Desa yang bertanggung jawab dan mampu mengembangkan desa tersebut. Oleh karena itu, Pemilihan Kepala Desa menjadi sangat penting, karena sangat mendukung terselenggaranya pemerintahan desa. Akan tetapi seperti halnya Pemilu, dalam Pilkades juga sering muncul permasalahan yang dapat menghambat jalannya demokrasi karena adanya permasalahan, seperti politik uang, kampanye hitam, intimidasi, penggunaan fasilitas keagamaan untuk advokasi dan kegiatan kampanye di luar jadwal.
Berbicara mengenai Pilkades, Kustomo, Kepala Desa Petungsewu memiliki cerita pengalaman yang sangat inspiratif saat mencalonkan diri sebagai Kepala Desa pada Pilkades 2015. Sebelum menjadi Kepala Desa, Kustomo hanyalah seorang anak petani dengan latar belakang keluarga yang sederhana. Hingga saat pencalonannya pun masih banyak lika-liku yang beliau hadapi hingga akhirnya bisa menjadi Kepala Desa di tahun 2015.
Kisah hidup beliau ini sangat jauh dari apa yang ada dipikiran kita, yang mana beliau berasal dari keluarga sederhana yang mayoritas berprofesi sebagai petani. Beliau menjalani hidupnya dengan sederhana, namun dengan kepercayaan masyarakat, beliau didukung untuk mencalonkan diri menjadi Kepala Desa di Desa Petungsewu. Seperti Pilkades di tempat lainnya, di Desa Petungsewu masih terdapat suap menyuap masyarakat agar memilih calon yang memberikan uang suapan tersebut. Namun berbeda dengan Kustomo, yang mencalonkan diri sebagai Kepala Desa hanya dengan bermodalkan kepercayaan diri dan dukungan dari masyarakat.
"Awalnya saya tidak ada keinginan sama sekali untuk menjadi Kepala Desa, saya hanya Perangkat Desa biasa pada saat itu. Sama sekali gak terpikirkan buat jadi Kepala Desa, jangankan untuk maju, modal uang saja saya gaada." Tutur Kustomo saat diwawancarai oleh anggota Kelompok 36 KKNT FIA UB di rumahnya.
Beliau menuturkan saat ada pemilihan kepala desa beliau ditunjuk menjadi panitia pelaksana khususnya bendahara. Tiga minggu sebelum pelaksanaan Pemilihan Kepala Desa banyak Sesepuh Desa yang datang untuk membujuk Kustomo menjadi Kepala Desa. Namun, Kustomo menolak hal tersebut.
Sampai kemudian, ada satu hal yang membulatkan tekadnya untuk mencalonkan diri menjadi Kepala Desa. Saat itu ada satu kalimat yang dilontarkan kepadanya sehingga membuatnya tersinggung. Maka dari itu, dengan modal nekad beliau pun maju dalam Pilkades 2015. Memang tidak semudah membalikkan telapak tangan, dalam Pemilihan Kepala Desa beliau sama sekali tidak memiliki Tim Sukses. Hal ini sempat membuat beliau patah semangat, namun berkat dukungan dari Karang Taruna Desa, Kustomo kembali membulatkan tekadnya. Terdapat banyak tekanan yang beliau terima, mulai dari omongan para petinggi di desa saat itu yang menganggap remeh Kustomo.
"Banyak yang ngomongin saya, apalagi orang-orang yang punya uang banyak. Saat itu hampir semua lawan politik saya sudah pada kampanye dengan uang mereka. Tapi hal tersebut tidak membuat saya menyerah, saya tetap terus maju." Tutur Kustomo saat diwawancarai oleh anggota Kelompok 36 KKNT FIA UB di rumahnya.
Satu hal yang membuat Kustomo yakin yaitu dukungan sang Ibu dan antusias masyarakat desa kalangan bawah. Buah dari keyakinannya itu menghantarkan beliau pada kemenangan Pilkades tanpa mengeluarkan banyak uang. Terpilihnya Kustomo pastinya ada suka dan duka, beliau mengatakan satu setengah tahun pertama merupakan hal terberat yang beliau rasakan. Ada banyak tekanan yang terjadi salah satunya adalah adanya keinginan dari pihak lain untuk menjatuhkan kepemimpinan Kustomo. Namun menurut beliau jabatan adalah sebuah titipan dan beliau hanya bisa menjalankannya.
Tahun 2021, Kustomo kembali memenangkan Pilkades dan menjabat menjadi Kepala Desa selama 2 periode. Sebenarnya, beliau sudah sangat lelah menjadi Kepala Desa, apalagi selama periode pertamanya Desa Petungsewu sangat tertinggal jauh. Namun, berkat doa-doa dari warga dan Kustomo yang tidak kenal lelah, Desa Petungsewu kini tidak tertinggal lagi. Beliau mempercayai bahwa ini semua adalah rezeki dari Tuhan dan harus terus dijalani dengan tenang, seperti jalannya air. Beliau juga berprinsip selama derajat milik kita, uang juga bisa dikalahkan.