Lihat ke Halaman Asli

Kali Sepak, Tamara, Penggalan Sejarah Kekejaman Penjajah

Diperbarui: 9 Agustus 2016   23:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jembatan Kali Sepak dihiasi 9 bambu runcing; Foto; Drahim Sada

TAMARA atau kepanjangan Kecamatan Tambun Utara, Kabupaten Bekasi sejak dahulu kala memang gudangnya para jawara, pejuang yang pilih tanding. Bebepa kampung seperti Gabus dan sekitarnya, sejak zaman penyerbuan Sultan Agung ke Batavia menjadi basis pasukan Mataram yang menyatu dengan warga sekitar. Begitu juga saat masa pergolakan daerah ini menjadilagapara pengikut Laskar Hisbullah pimpinan KH. Noer Alie mengusir tentara Belanda.    

Kali Sepak salah satu bukti sejarah pergolakan perlawanan para jawara dari kawasan utara Bekasi. Kali atau sungai alam selebar 4 meter ini menjadi saksi bisu kekejaman Belanda. Dari cerita turun temurun, Kali Sepak dahulunya hanya sungai kecil yang mengalir di pinggiran Kampung Gabus.

Pasukan Belanda yang bermarkas di depan Pasar Tambun, Gedung Joang (nama saat ini) terus mengejar para pejuang hingga ke daerah Kampung Gabus. Upaya Belanda dengan persenjataan modern tidak mudah karena dihadap para jawara dan pejuang yang sebagian besar dari Laskar Hisbullah dengan senjata seadanya.

Pertempuran sengit terjadi hingga korban jiwa berguguran dari pihak republik. Sedangkan pihak Belanda kehilangan lebih banyak pasukan karena heroiknya para jawara dalam beradu taktik dalam pertarungan jarak dekat. Mayat – mayat tentara Belanda bergelimpangan sepanjang jalan ke arah Gabus di tanggul kali.

Belanda harus mendur karena perlawanan yang tak kenal menyerah dan pasukan Belanda tidak bisa masuk kampung disebabkan taktik bumi hangus. Sasak Papan yang tentunya terbuat dari papan (saat itu) di Desa Srimahi, samping Islamic Center (sekarang) dibakar para pejuang dengan tujuan Belanda tidak bisa masuk.

Mayat-mayat tentara Belanda saat mundur belum sempat dievakuasi dan ditinggalkan begitu saja. Pasukan republik yang sudah kesal meluapkan kegeraman dengan menyepak (sepak-tendang)    puluhan mayat ke kali. Dan kisah heroik itu menjadikan tempat ini atau sungai tersebut dengan sebutan Kali Sepak hingga kini.

Dipelopori tokoh Gabus Drahim Sada, dibangunlah 9 buah bambu runcing persis di pembatas jembatan Kali Sepak sebagai peringatan atau mengenang pertempuran herok para pejuang yang gugur di tanah Gabus. MERDEKA




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline