Lihat ke Halaman Asli

Dibalik Perayaan Hari Anak Internasional

Diperbarui: 20 Juni 2015   05:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Beberapa hari yang lalu tepatnya tanggal 1 Juni kita merayakan Hari Anak Internasional. Kesepakatan 1 Juni sebagai Hari Anak Internasional ini merupakan hasil konvensi International Women Democratic Federation yang diadakan di Moskow (1949). Pada pertemuan tersebut dibicarakan persoalan anak-anak sedunia dalam kelangsungan hidup mereka. Namun, sebelum itu pada tanggal 1 Juni 1925 di Kota Jenewa, Swiss telah dilaksanakan konferensi yang berkaitan dengan upaya untuk menyejahterakan anak dengan membahas hak-hak anak di seluruh dunia. Oleh karena itu, setiap tanggal 1 Juni dijadikan sebagai momentum peringatan Hari Anak Internasional.

Setiap tahun negara yang memperingati hari anak selalu bertambah. Dewan memutuskan untuk secara resmi menghormati hak anak, mulai dari hak hidup, pendidikan dan kesehatan. Pada 20 November 1959, Majelis Umum mengajukan Deklarasi Hak-hak Anak yang pada akhirnya disahkan pada hari yang sama di tahun 1989. Di antara hak-hak asasi manusia adalah hak untuk memperoleh kebebasan, keadilan dan kedamaian di dunia. Dalam hal ini, anak-anak lebih memerlukan perhatian, dukungan dan keamanan di banding kelompok umur yang lain. Masa depan dunia yang lebih baik memerlukan dukungan kesehatan mental dan keamanan anak-anak. Seluruh negara di dunia selain Amerika dan Somalia ikut dalam konvensi tersebut. Sehingga, 20 November ditetapkan sebagai Hari Anak Universal.

Hari Anak adalah acara yang diselenggarakan pada tanggal yang berbeda-beda di berbagai tempat di seluruh dunia. Setiap negara mempunyai tanggal penetapan sendiri untuk memperingati momentum peringatan hari anak secara nasional. Contohnya saja di Indonesia, Hari Anak Nasional di Indonesia diperingati setiap tanggal 23 Juli sesuai dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 1984 tanggal 19 Juli 1984. Hal ini bertujuan untuk mengajak dan mengingatkan kepada seluruh masyarakat guna menghentikan segala bentuk kekerasan pada anak. Peringatan hari anak di seluruh negara memang berbeda-beda namun tujuan peringatan itu tetap sama, yaitu untuk menghormati dan menghargai hak-hak anak untuk hidup dan tumbuh dengan baik di lingkungan keluarga dan masyarakat.

Dalam memperingati hari anak internasional, setiap negara juga memiliki cara sendiri-sendiri untuk memperingatinya tergantung tradisi mereka. Di Vietnam, perayaan Hari Anak sudah dimulai sejak tanggal 29 Mei. Mereka membagikan 200 bingkisan senilai kira-kira 200 juta kepada anak-anak di daerah pedalaman. Perayaan Anak di Korea diadakan di Mangyongdae School of Children’s Palace di Pyongyang. Anak-anak berparade menggunakan kostum. Arak-arakan dengan kostum dan dirias seperti badut di Mongolia. Di Kamboja, Hari Anak dirayakan dengan berbagai aksi dan penampilan dari anak. Di Jepang, Hari Anak juga disebut sebagai Boy’s Day. Setiap keluarga yang mempunyai anak laki-laki memberikan layang-layang berbentuk ikan (koinobori) pada masing-masing anaknya. Di Praha, Republik Ceko Hari Anak dirayakan dengan membuat semacam drama. Sebenarnya perayaan Hari Anak Internasional tidak harus meriah, yang penting adalah kita mendapat esensi dari peringatan Hari Anak itu dan semakin menghargai dan melindungi anak-anak di sekitar kita.

Momentum peringatan hari anak internasional. Melalui peringatan itu, masalah dan problem yang dihadapi anak-anak di dunia menjadi bahan perhatian negara-negara, organisasi dan lembaga-lembaga internasional. Melalui peringatan itu juga, berbagai sumber mengajukan laporan data statistik terbaru mengenai keadaan anak-anak, masalah dan kesulitan yang mereka hadapi serta kondisi kesehatan dan kesejahteraan mereka. Sebagian dari data itu menyingkap realita pahit kehidupan jutaan anak di seluruh dunia yang hidup serba berkekurangan. Mereka bergelut dengan krisis makanan, kesehatan, pendidikan dan sebagainya.

Sekarang ini banyak sekali tayangan sinetron, film, iklan-iklan, video dan lainnya yang sangat kurang mendidik, menyimpang dari nilai-nilai moral dan sangat jauh dari asas pendidikan karakter. Hal tersebut sangat berpengaruh pada semakin terkikisnya pendidikan karakter anak pada saat ini baik di Indonesia maupun di seluruh dunia. Jika masalah seperti itu tidak segera diatasi maka akan merusak moral anak bangsa dan lambat laun akan menghancurkan moral generasi muda Indonesia maupun dunia. Contohnya saja, banyaknya berita baik media massa televisi atau cetak yang memberitakan adanya tindakan perkelahian yang dilakukan antarsiswa Sekolah Dasar (SD) yang sampai menghilangkan nyawa, tawuran antar sekolah, tindakan asusila berupa perkosaan yang dilakukan oleh anak-anak di bawah umur, pemerkosaan yang masih terjadi di dalam lingkungan sekolah oleh anak-anak tertentu, baru-baru ini ada berita meninggalnya seorang siswa kelas V SDN 09 Kampung Makasar, Jakarta Timur, yang dipukuli kakak kelasnya hanya Gara-gara menjatuhkan jajanan pisang goreng seharga Rp 1.000.

Hal yang harus di mengerti dan dipahami adalah bahwa pelaksanaan pelestarian dan peningkatan pendidikan karakter sebagai upaya penyelamatan peradaban bangsa adalah tanggung jawab bersama seluruh elemen negara, sehingga kita harus sadar diri bahwa kita semua memiliki peran andil dalam upaya tersebut. Perlu diketahui bersama bahwa pelaksanaan pendidikan pada dasarnya bukanlah hanya tanggung jawab sekolah secara penuh sebagai lembaga pelaksana pendidikan oleh pemerintah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, melainkan peran orang tua pun sangat dibutuhkan dalam memperlancar pencapaian tujuan pendidikan. Hal itu senada dengan istilah “Keluarga adalah pelaksana pendidikan yang pertama dan utama”, telah kita ketahui bersama bahwa pertama kali anak menjalani kehidupan semenjak ia dilahirkan akan menjalani kehidupannya berawal dari lingkungan keluarga. Anak tersebut belajar bagaimana caranya berkomunikasi, berjalan, berpakaian, dan lainnya hingga ia benar-benar siap secara akal dan mental untuk memasuki jenjang sekolah.

Dari sinilah kita tahu bahwa keluarga berperan sangat penting dalam mendidik anak. Kehidupan anak dimulai dari lingkungan keluarga. Di dalam lingkungan keluarga inilah anak mulai belajar segala sesuatu, karena itu keluarga merupakan pendidikan yang pertama dan utama, dan orang tua yang memiliki peran pendidik anak dam keluarga. Namun tidak hanya pendidikan keluarga saja yang berperan penting, pendidikan di sekolah juga berperan penting sebagai pelaksana pendidikan, oleh karena itu peran untuk mendidik dan mengawasi anak-anak ialah tanggung jawab bersama, baik penyelenggara pendidikan di lingkungan sekolah, orang tua, masyarakat, dan bangsa.

Dari momentum peringatan hari anak ini, kita semua, baik para pendidik, orang tua, masyarakat dan seluruh komponen pemerintah untuk bersama-sama memikirkan dan menemukan jalan tentang bagaimana cara mendidik anak-anak kita sebagai generasi penerus bangsa yang berbudi pekerti luhur dan cerdas. Kita harus menyadari bahwa anak-anak kitalah yang kelak akan meneruskan perjuangan bangsa ini dan mengubah bangsa ini menjadi lebih baik sehingga mari kita didik mereka dengan baik dan penuh tanggung jawab.

Guscipto PGSD-S1/FIP/UNY




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline