Lihat ke Halaman Asli

Gusblero Free

Penulis Freelance

KPUD "Bermain" atau "Biasa Saja"?

Diperbarui: 3 November 2020   12:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Spanduk pertigaan Longkrang Wonosobo-dokpri

Baliho dekat jembatan Siwatu Wonosobo-dokpri

Baliho depan kantor KPUD Wonosobo-dokpri

Setelah kasus Wahyu Setiawan anggota KPU Pusat terbongkar, saya pikir akan ada perbaikan kinerja lebih baik dalam tubuh lembaga komisioner itu. Namun sekian bulan dari kasus tersebut, kita tak melihat spirit perubahan menuju pelayanan prima dalam tubuh lembaga itu.

Jelang Pilkada 2020 di Kabupaten Wonosobo, seperti umumnya momen Pilkada dengan banyak Alat Peraga Sosialisasi bertebaran di mana-mana, ada yang membuat saya bertanya-tanya. Apakah KPUD Wonosobo kali ini pun juga ikut-ikutan 'bermain', 'sekadar bermain-main', ataukah sesuatu yang menurut mereka 'biasa saja'?

Pertanyaan ini menjadi penting, disebabkan pada Alat Peraga Sosialisasi terkait Peserta Pilkada 2020 di Kabupaten Wonosobo, KPUD memberikan arahan yang sungguh 'tidak normal' secara redaksi.

Pada baliho dan spanduk produksi KPUD Wonosobo yang memuat Peserta Pilkada Wonosobo 2020 di mana Kolom Kosong berada di sebelah kiri, dan Kolom Bergambar Pasangan Calon di sebelah kanan, KPUD mencantumkan kalimat "Coblos pada: Foto Pasangan Calon atau Kolom Kosong Tidak Bergambar".

Ini bukan sesuatu yang main-main. Penyebutan tak berurut itu, secara ilmu psycho, tindakan KPUD 'bisa dianggap' tengah mencoba mempengaruhi alam bawah sadar masyarakat dengan mengarahkan penekanan terhadap kalimat pertama "Coblos pada Foto Pasangan Calon", yang penyebutan urut mestinya "Kolom Kosong Tidak Bergambar" lebih dulu.

Sebagai orang yang buta huruf soal politik, dalam bahasa masyarakat awam seperti saya, itu adalah sesuatu yang sangat sensitif menimbulkan masalah dikemudian hari dengan potensi persoalan atau bahkan kerawanan yang bisa apa saja. Setidak-tidaknya kepercayaan masyarakat terhadap lembaga komisioner seperti KPU kemudian dipertanyakan lagi kredibilitasnya.

Saya sangat bisa memaklumi saat dulu kasus Wahyu Setiawan bergulir, perasaan publik campur aduk antara marah, mual, muntah, atau merasa taek lah. Ditengah harapan kita untuk terus berproses mematangkan demokrasi dengan saling memberikan edukasi, saya sungguh berharap tak ada lagi ruang bocor yang kemudian bisa ditangkap publik sebagai penyakit yang susah disembuhkan tatkala kita tengah berjuang bersama menciptakan penyelenggaraan event demokrasi yang jujur, langsung, dan berkeadilan.

Sudut Pasar Wonosobo, 3 November 2020

Gusblero




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline