Lihat ke Halaman Asli

Gusblero Free

Penulis Freelance

Kisah Pengendara Budek dan Polantas

Diperbarui: 3 Februari 2020   17:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokumentasi pribadi

Ribut-ribut antara petugas Polantas dan pengendara di jalan raya hampir selalu ada setiapkali digelar Operasi Ketertiban Lalulintas. Lantas drama apa yang akan terjadi jika pengendara yang melintas itu kebetulan orangnya budek (tuli)?

Kisah ini benar-benar terjadi pada hari Senin (27/1/2020) lalu di sebuah sudut jalan di kota Wonosobo. Saat itu petugas Polisi sempat dibuat bingung dengan ulah seorang pengendara motor yang ditanya apa jawabannya ke mana.

Disemprit ura mandeg, diomyangi mung deleg-deleg (disemprit tidak berhenti, ditegur hanya plonga-plongo). Nyaris kesal petugas itu baru ngeh sadar kalau pengendara di depannya itu kurang pendengaran.

Adib Sudibyo (43 Th) warga desa Patakbanteng memang sudah lama dikenal budek. Artinya bukan tuli bawaan lahir. Kondisi pendengaran Adib waktu kecil normal. Baru mulai tahun 2005 telinga sebelah kirinya mengalami kurang pedengaran, lalu tahun 2006 benar-benar mengalami tuli total. Diagnosa dokter menyatakan sewaktu kecil Adib kemungkinan terkena benturan yang efeknya baru terjadi selang beberapa tahun kemudian.

Profesi Adib yang sudah punya dua anak itu sebenarnya adalah petani kentang. Ia hanya mengendarai motor untuk urusan-urusan yang bersifat insidentil. Seperti waktu kejadian tilangan itu, ia sedang menuju ke rumah sakit untuk memeriksakan kesehatan.

Adib juga bukan orang yang tidak taat aturan. Ia tahu betul soal Undang-undang berkendara di jalan raya harus memiliki SIM. Namun apa daya. 14 kali mencoba untuk mendapatkan SIM usahanya tidak juga menumbuhkan hasil. Selalu gagal dalam tes kesehatan. Beberapa kali dalam sesi tanya jawab simulasinya selalu buntu akibat kurangnya pendengaran.

Hingga kejadian pagi itu. Paska kena tilang ia memposting pengalamannya melalui facebook. Berbekal dari tulisan itu seorang sahabatnya kemudian mengkomunikasikan dengan pihak Polres Wonosobo. Lalu sehari berikutnya Adib diberikan kesempatan untuk ujian mengendara, hingga seterusnya ia pun berhasil mendapatkan SIM D untuk kategori SIM difabel.

Hari ini Adib sudah nyaman berkendara di jalan raya. SIM D sudah di kantong. Satu-satunya hal yang masih dipikirkan adalah bagaimana mengumpulkan uang untuk membeli lagi alat bantu pendengarannya yang sudah rusak. Agar bunyi klakson bisa lagi terdengar. Dan agar komunikasi dengan petugas tidak lagi dijalani dengan clingak-clinguk.

Razia Ketertiban Lalulintas akhir Januari 2020 lalu itu ternyata berakhir happy ending bagi serangkaian drama yang harus dialami Adib dalam berkendara di jalan raya. Blessing in disguise. Salam paling simpatik untuk petugas polisi ramah di seluruh Indonesia.

Wonosobo, 3 Februari 2020




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline