Bagi seorang coffeholic menemukan cinta dalam wujud secangkir kopi tentu bukanlah sesuatu yang luar biasa. Hidup rasanya tidak akan lebih hidup tanpa adanya kopi di dunia. Ini tentang sesuatu dalam hidup yang mestinya engkau juga harus pahamkan, Irene.
Cinta dan kopi, atau kopi dan cinta, memang tidak bisa disamakan. Jarimu yang lentik , dengan kuku kutekmu yang hitam harus aku akui memberi sensasi tersendiri dalam bayanganku saat engkau mencengkeram. Dan lipstick hitam, ini akan menjadi paduan sempurna dengan bibirmu yang delima. Hitam, seperti kedalaman rasa.
Tetapi, sama hitam itu tetap bukan kopi, Irene.
Cinta dan kopi, atau kopi dan cinta, barangkali memang ditakdirkan untuk menjadi ujian paling menohok bangsa manusia di dunia. Asap kopi menggeliat, sensasinya nikmat. Tubuhmu menggeliat, sensasinya sejagat. Ya ya ya, dua-duanya ujian.
Maka hari ini, ketika secangkir kopi yang benar-benar pahit engkau hidangkan, sementara engkau justru pura-pura lebih asyik bersenandung Little Black Dress dengan tubuh digoyang-goyang, itu benar-benar membuatku terpana. Apakah engkau hendak mengujiku, Irene?
Cinta dan kopi, atau kopi dan cinta. Kalau dari keduanya aku harus memilih, biarkan aku mengajarimu tentang sesuatu yang hitam, Irene. Hitamnya cinta, hitamnya kopi, dan hitamnya cintaku kepadamu di kedalaman rasa.
Gusblero Free, 02 Agustus 2016
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H