Lihat ke Halaman Asli

Kampung Iklim

Diperbarui: 24 Juni 2015   15:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Perubahan iklim yang salah satunya disebabkan oleh pemanasan global semakin terasa dampaknya. Yang paling mencolok adalah musim penghujan dan kemarau yang tidak dapat diprediksi, bahkan sepanjang tahun 2010 hampir sebagian besar wilayah Indonesia mengalami musim hujan sepanjang tahun yang mengakibatkan banyak terjadi banjir yang membawa kerugian baik jiwa maupun materi. Selain itu juga ancaman kekurangan ketersediaan pangan dan air bersih akibat kegagalan panen dan rusaknya sumber – sumber air. Ekses dari kekurangan pangan dan air bersih adalah menurunnya kualitas kesehatan masyarakat terutama ditinjau dari status gizi dan penyakit berbasis lingkungan. Berdasarkan hal tersebut tentunya perlu dilakukan peninjauan ulang berbagai persoalan besar seperti pengentasan kemiskinan, pemberdayaan masyarakat, perencanaan tata ruang, ketahanan pangan, pengendalian penyakit, perencanaan perkotaan dalam perspektif perubahan iklim.

Salah satu teknik mitigasi dan adaptasi perubahan iklim adalah mempersiapkan daerah untuk menempuh langkah – langkah terbaik sebagai upaya untuk meminimalisir dampak perubahan iklim yang dikenal dengan program kampung iklim (climate village). Program ini digagas oleh Kementerian Lingkungan Hidup sejak tahun 2010, namun dalam tataran implementasi di daerah rupanya kurang begitu mendapat sambutan yang diharapkan. Hal ini dapat dimaklumi mengingat masalah perubahan iklim memang terkesan hanya ramai dibicarakan pada tataran konferensi internasional ataupun sekedar kebijakan pada tingkat Kementerian.

Gagasan awal dari konsep kampung iklim adalah di mana sebuah kampung ( belum ada penetapan batasan kewilayahan apakah sebatas kelurahan/desa atau kecamatan ), masyarakatnya secara kritis dalam segala tindakan baik teknis maupun non teknis, berkontribusi secara langsung maupun tidak langsung terhadap pengurangan pemanasan global sebagai salah satu penyumbang terbesar perubahan iklim. Beberapa manfaat dari program ini antara lain untuk membangun gerakan pengurangan emisi dimulai dari kampung.  Dengan program ini diharapkan target yang telah ditetapkan oleh Presiden SBY untuk mengurangi emisi nasional sebesar 26 % pada tahun 2020 dapat terwujud. Selain itu juga untuk memanfaatkan secara optimal sumber daya alam sebagai sumber energi yang terjangkau secara ekonomi dan berkelanjutan, misalnya pemanfaatan limbah yang selama ini dibuang menjadi sumber enrgi

Pada dasarnya upaya menciptakan kampung iklim tidak terlalu rumit, yang menjadi kunci utama tetaplah kesadaran dari warga yang bersangkutan akan pentingnya melakukan sesuatu sebagai kontribusi untuk pelestarian sumber daya alam. Tentunya inisiasi dari pihak pemerintah untuk lebih memberi greget pada upaya penanggulangan dampak perubahan iklim tersebut tidak akan dapat berjalan dengan baik tanpa adanya dukungan dari masyarakat.

Masyarakat dapat membentuk kelompok – kelompok kecil yang dikoordinasikan oleh pihak Kelurahan. Kelompok ini dapat secara terprogram melakukan kegiatan – kegiatan mitigasi maupun adaptasi untuk perubahan iklim. Kegiatan mitigasi atau pengurangan dampak perubahan iklim yang dapat dilakukan antara lain seperti pengurangan sampah di tingkat rumah tangga untuk mengurangi ekspose CH4 sebagai gas penyebab efek rumah kaca yang dihasilkan oleh sampah, pengurangan penggunaan plastik yang kebanyakan pengolahan sampahnya dengan cara dibakar sehingga dapat mengekspose dioksin. Sedangkan kegiatan adaptasi yang dilakukan antara lain pembuatan sumur resapan, pembuatan lubang resapan biopori ( keduanya bertujuan untuk memperluas cadangan ketersediaan air). Selain itu juga pemanfaatan energi alternatif dari limbah seperti biogas yang merupakan langkah efektif penghematan energi. Kegiatan tersebut tentunya dapat dilakukan secara swadaya ataupun dengan stimulasi dari pemerintah.

Salah satu daerah yang berusaha merespon program kampung iklim tersebut adalah Kota Blitar yang pada tanggal 1 April kemarin melaunching kampung iklim untuk skala kelurahan tepatnya di Kelurahan Pakunden Kota Blitar. Pakunden merupakan tipikal kelurahan yang cukup potensial menanggulangi dampak perubahan ikim dikarenakan adanya potensi mata air di daerah tersebut, juga sentra industri tahu serta beberapa peternakan sapi yang cukup memberi kontribusi bagi roda perekonomian warga. Kelurahan Pakunden juga sangat akrab dengan program sanitasi dikarenakan daerah ini merupakan prioritas penanganan masalah sanitasi berdasarkan Strategi Sanitasi Kota Blitar . Semoga inisiasi dari Pemerintah kota Blitar dengan melaunching kampung iklim ini menjadi pondasi awal dalam kerangka pembangunan yang mampu menjawab tantangan perubahan iklim.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline