Lihat ke Halaman Asli

Ketenangan dalam Beribadah Mendatangkan Cahaya Illahi

Diperbarui: 9 Juni 2018   12:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

Hiruk pikuk kegiatan duniawi semakin berkembang pesat seakan tiada pernah ada hentinya, hingga tak jarang menimbulkan problematika hidup yang serius dan  sangat mengeksploitasi tenaga, waktu, pikiran bahkan tak sedikit pula mengeliminasi ketenangan dalam jiwa  seseorang. Ramainya kegiatan dunia banyak merubah pola pikir, cara kerja dan target yang ingin dicapai dalam menjalani kehidupan.

Tuntutan zaman telah menghendaki hal seperti itu, sehingga membuat seseorang sering terjebak  dalam rutinitas  kehidupan duniawi semata dan lalai akan kehidupan berikutnya yang lebih kekal. Ramai dan kerasnya kegiatan duniawi mendominasi sebagian besar waktu bahkan sering menghabiskan 24 jam, hingga seseorang melalaikan waktu untuk bermunajad kepada sang pemberi segala kebaikan baginya.

Suasana tersebut harus disikapi secara cermat dan cerdas serta membutuhkan ketenangan dalam jiwa agar pemikiran lebih terarah dan terkendali pada hal-hal yang manfaat dan tetap istiqomah dalam menjalankan ibadah kepada Allah.

Ketenangan adalah  suatu keadaan pikiran, jiwa dan hati dalam rasa aman dan nyaman. Kondisi aman dan nyaman akan membawa kondisi pikiran, jiwa dan hati kita juga merasa tenang.  Hal ini  sangat dibutuhkan seseorang, agar dapat lebih khusyuk dalam menjalankan  ibadah  serta  meningkatkan  kualitas ibadahnya.

Kualitas ibadah yang baik akan memberi dampak secara signifikan terhadap orang yang melakukannya, sehingga lezat dan nikmatnya beribadah sangat dapat dirasakan. Hal ini akan menjadi pendorong seseorang untuk lebih disiplin dan intensif menjalankan ibadah keapda Allah dan  selalu menjaga konektivitas dengan Allah setiap waktu.

Ketenangan merupakan kebutuhan dasar yang harus dipenuhi agar dalam menjalani hidup menjadi lebih baik dan lebih tertata, karena  jiwa yang tenang akan berpengaruh dalam sikap hidup.  Refleksi yang nyata adalah tidak bersuka ria secara berlebihan dan tidak pula merasa ketakutan. Dua hal tersebut akan sangat mendukung untuk menjalankan ibadah secara lebih khusyuk.

Sehingga sudah dapat dipastikan, bahwa pada tataran nafsu mutmainah atau jiwa tenang, kita pasti  benar-benar bahagia dalam beribadah, tidak lagi merasa ketakutan dan cemas, namun yakin benar dengan kekuasaan Allah bahwasanya Allah akan selalu menolong kita  sehingga kita benar-benar bisa selamat di dunia, selamat ketika mati (dalam kubur) dan selamat ketika di bangkitkan kembali.  

Jiwa Mutmainah selalu di sinari oleh Cahaya (Nur Ilahiyah), sehingga di dalam diri seorang hamba Allah jiwanya akan selalu terkoneksi dengan Cahaya Ilahiyah atau cahaya ketuhanan. sehingga cahaya ketuhanan yang selalu terkoneksi dengan jiwa mutmainah (jiwa yang tenang), akan  menjadikan rasa percaya diri yang baik dan istiqomah dalam menjalankan ibadah dengan penuh ketulusan atau keihklasan.

Mari kita bersama-sama berjuang untuk mendapatkan cahaya illahiyah tersebut agar dapat menambah keimanan kita dan  membawa dampak kebaikan pada multi dimensi kehidupan kita di dunia dan keselamatan kita pada kehidupan akhirat.

Hal ini seperti telah disebutkan dalam Al- Qur'an Surat Al- Fath ayat 4 yang artinya " Dialah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin supaya keimanan bertambah disamping keimanan mereka (yang telah ada). Dan kepunyaan Allah-lah tentara langit dan bumi dan adalah Allah maha mengetahui lagi maha bijaksana".

Ketenangan merupakan hak Allah sepenuhnya, dan kepada hamba yang mana ketenangan itu akan diturunkan juga menjadi hak Allah sepenuhnya. Seperti dijelaskan pada Qur'an Surat An Nur ayat 35 yang berbunyi "Allahu Nuurus-samaawaati  wal ardh, masalu nuurihi kamisykaatin fiihaa mishbaah, Al mishbaahu fii zujaajah, Az zujaajatu ka'annahaa kaukabun durriyyuy yuuqodu min syajarotim mubaarakatin zaituhaa yudhii u walau lam tamsas-hu naar, nuurun 'alaa nuur, yahdillaahu linuurihi mayyasyaaa, wa yadhribullahul-amsaala lin-naas, wallahu bikulli syai'in'aliim."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline