Maraton nulis di awal tahun sudah selesai, 16 Januari 2021. Ada yang finis dengan masih menyisakan energi, ada yang terengah-engah bersusah payah menyelesaikan finis, ada yang terhenti di tengah jalan, ada juga yang ikut sepotong-sepotong. Mengumpulkan energi dulu agar sesuai dengan kemampuan dirinya.
Kompasiana memang gila. Ibarat prajurit yang harus siap dengan segala keadaan. Para penulis di Kompasiana diberikan tantangan beragam tema untuk kemudian merangkainya dalam sebuah tulisan.
Lapor tema hari pertama sudah diselesaikan. Laporan diterima klik dikunci, memakai tanda rantai.
Hanya komandan gila yang ingin anak-anaknya berkembang hebat. Itulah mengapa saya menulis judul "Kompasiana Gila". Ujung-ujungnya kita mengucapkan terima kasih. Ya hanya dengan setengah dipaksa kita akhirnya mau berbuat sebaik mungkin.
Kalau tulisan kita ada yang masuk headline syukur, lebih syukur lagi bermanfaat bagi orang banyak. Itulah tujuan penulisan.
Saya sendiri dari 14 tulisan, 11 mendapatkan label pilihan. Namun jika ditotal dalam rentang waktu 3-16 Januari 2021, saya mengirimkan 16 tulisan, 13 mendapatkan label pilihan. Bagi saya sudah pencapaian yang luar biasa.
Awalnya saya ragu, sebab pada tanggal 3 Januari masih dalam kondisi kurang fit, setelah perjalanan pulang dari luar kota. Sehingga semua tulisan di awal blog competition saya kerjakan menjelang deadline. Memasuki liburan akhir pekan sekitar tanggal 8 Januari 2021 barulah saya bisa mengerjakannya dengan waktu yang cukup.
Jangan menulis dengan harapan dibaca orang, kita akan kecewa, menulislah untuk kebaikan, pada akhirnya semesta yang akan menggerakkan orang untuk membacanya. Itu yang saya ingat dari seorang penulis besar.
Berlatihlah terus menerus, pada akhirnya kita akan menemukan gaya kita sendiri.
Melatih Resiliensi Diri
Bagi saya maraton nulis ini melatih resiliensi saya. Apa itu resiliensi? Resiliensi adalah kemampuan untuk beradaptasi dan tetap teguh dalam situasi sulit. Resiliensi dibangun dari tujuh kemampuan yang berbeda, sebagai manusia tidak ada yang sempurna memiliki seluruhnya dengan baik. Inilah tujuh hal yang membangun resiliensi seseorang:
- Regulasi emosi adalah kemampuan untuk tetap tenang di bawah tekanan. Pada saat dituntut mampu menyelesaikan tulisan 14 tulisan dengan tema yang berbeda, luapan emosi tentu saja ada. Kemampuan kita mengendalikan emosi sangat diperlukan dalam menyelesaikan tugas penulisan.
- Pengendalian impuls sebagai kemampuan mengendalikan keinginan, dorongan, kesukaan, serta tekanan yang muncul dari dalam diri seseorang. Ini berkaitan dengan poin pertama, kita harus mampu mengendalikan impuls, semakin tinggi pengendalian impuls semakin baik diri kita. Situasi yang bisa digambarkan, kalau pengendalian impulsnya rendah, ketika jaringan internet mati muncul rasa putus asa atau bisa jadi marah dan tidak melanjutkan tulisan.
- Optimis, Individu yang resilien adalah individu yang optimis. Mereka percaya bahwa mereka dapat mengontrol arah hidupnya.
- Empati merepresentasikan bahwa individu mampu membaca tanda-tanda psikologis dan emosi dari orang lain. Rasa empati ini dengan membayangkan bahwa penulis lain yang ikut kegiatan juga sedang mengalami hal yang serupa bahkan mungkin lebih sulit. Misalnya sakit ketika sedang menulis.
- Analisis penyebab masalah berkaitan dengan gaya berpikir, intinya orang yang selalu mampu mengatasi persoalan adalah karena mampu memilah setiap persoalan dengan baik.
- Efikasi diri sebagai keyakinan pada kemampuan diri sendiri untuk menghadapi dan memecahkan masalah dengan efektif.
- Peningkatan Aspek Positif Individu yang selalu meningkatkan aspek positifnya akan lebih mudah dalam mengatasi permasalahan hidup, serta berperan dalam meningkatkan kemampuan interpersonal dan pengendalian emosi. Misal dalam kasus jaringan internet terganggu orang positif akan memandang hikmahnya yaitu untuk beristirahat dulu dari kegiatan menulis, atau bisa dikerjakan secara off line dulu.