Lihat ke Halaman Asli

Syabar Suwardiman

Bekerjalah dengan sepenuh hatimu

Drama Korea "Sky Castle" Pentingnya Membangun Kebahagiaan Sejati

Diperbarui: 8 Januari 2021   00:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Drama Korea Sky Castle/k-dorama.net

Jujur saya bukan pecinta Drama Korea, hanya saat itu anak bungsu saya terus menerus mengatakan bahwa Drama Korea yang berjudul "Sky Castle" sangat bagus karena menggambarkan ambisi orang tua terhadap masa depan anaknya, sehingga banyak konflik yang kemudian timbul di drama tersebut.   Menontonnya pun sambil banyak bertanya dan baru sedikit fokus di episode ke 19 dan 20, sebagai dua  episode akhir drama korea tersebut.

Anak bungsu saya seakan ingin menunjukkan apa yang terjadi pada dirinya, yaitu berhenti kuliah di tengah di semester 1 karena tidak sesuai dengan keinginannya, lebih gayanya dengan passionnya.  Padahal kuliahnya semi dinas milik salah satu BUMN, jika berhasil menjadi yang terbaik, peluang kerja sangat terbuka.  Kalau lulus  gelarnya sebagai sarjana terapan, S. Ter. Ak., dan saya sangat mendorong untuk melanjutkan S2-nya yang ketika itu mulai banyak dibuka, linier dengan program sarjana terapan atau D4. Sarjana Magister di bidang Keuangan Syariah yang dibuka oleh sebuah Politeknik terkenal di Bandung.

Saya sebenarnya tidak terlalu memaksakan kehendak, tetapi lebih didorong oleh kemampuan finasial sebagai seorang guru, kemampuan saya menyekolahkan anak mengandalkan tunjangan sertifikasi sebagai guru.  Sehingga kalau pindah kuliah harus berhitung ulang.  Alhamdulillah, sekarang anaknya sangat menikmati kuliah di sebuah universitas yang tadinya hanya mencetak calon guru.

Kembali ke Drama Korea "Sky Castle" ternyata apa yang digambarkan sebenarnya juga melanda kalangan ibu-ibu di Indonesia, yaitu kebanggaan ketika anaknya kuliah di perguruan tinggi ternama.  “Alhamdulillah anak saya diterima kuliah di Fakultas Kedokteran Universitas anu…”.  Meskipun diawali Alhamdulillah tetapi penekanannya pada kebanggaan kuliah di kedokteran.   “Oh begitu Jeng, anak saya juga diterima di Teknik Pertambangan di Institut  ….”.  Dilanjutkan kalimat “bagaimana kalau anak kita jodohkan”.  Kemudian tersenyum penuh kebahagiaan (atau bertopeng) karena sesungguhnya menambah gengsi pergaulan. Suasana seperti itu sering terjadi dalam pertemuan arisan ibu-ibu di kalangan tertentu.

Begitulah cerita inti cerita "Sky Castle", sebuah kawasan hunian elite yang diisi orang-orang yang ambisius mempertahan kehormatan, kekayaan yang mengorbankan kehidupan anak-anak.  Bagaimana anak dipaksa ikut les padahal keadaannya sudah sangat lelah, apalagi sekolah di Korea Selatan memang terkenal lama.  Sekolahnya sampai malam  dan Hari Sabtu pun masuk seperti biasa.  Di sini bisa jadi perdebatan dan protes berkepanjangan, melanggar hak bermain anak.  Kebetulan profesi yang paling diinginkan  adalah masuk fakultas Kedokteran di Universitas terkenal.

Itulah alasan putri saya memaksa untuk menonton Drama Korea "Sky Castle" untuk membenarkan tindakannya keluar dari tempat kuliah pertama, karena merasa terpaksa dan tidak merasa bahagia.  Saya selalu ingat puisi Khalil Gibran, Anakmu Bukanlah Milikmu.  

Anakmu bukanlah milikmu,

Mereka adalah putra-putri sang hidup,

Yang rindu akan dirinya sendiri

Stop memperdebatkan puisi ini sebagai pendorong kehidupan bebas, saya hanya mengambilnya sebagai penghibur, bahwa secara logis matematis anak sayalah penerus masa depan. Jadi berilah mereka kebebasan berpendapat, menentukan pilihan sehingga kitapun tidak selalu disalahkan.

Jadilah Bahagia dengan Tidak Menggunakan Topeng

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline