BUKAN PERISTIWA BUKAN KEJADIAN OBROLAN RINGAN
Bandung, Guru R. Sani, 2021
IQ, pembelajaran sepanjang hayat
Memanusiakan Hubungan
Ketika pandemi Covid-19 merebak, hal yang sangat luar biasa terjadi di semua aspek kehidupan termasuk dunia pendidikan. Kegiatan belajar dan mengajar konvensional terhenyak karena pembelajaran harus melewati teknologi. Semua berlomba berpacu dengan berfokus pada teknologi yang hampir semua:
- membuat video pembelajaran
- menggunakan aplikasi canggih dalam pembelajaran
- mengalami kendala gadget
- mengalami kendala pulsa, baik guru maupun siswanya
- mengalami degradasi motivasi kegiatan belajar dan mengajar
Di tengah kepanikan yang muncul akibat pandemik Covid-19, muncul secercah harapan yang sangat luar biasa yang penulis rasakan sebagai seorang guru, PROGRAM GURU BELAJAR. Dari program ini tergambar utuh arahan dan tujuan yang akan dicapai, yaitu:
1) fokus pada kesehatan, dan 2) memenuhi hak siswa dalam belajar.
Memenuhi hak siswa dalam belajar. Berpijak dari kata Mas Menteri ini sebetulnya kegiatan belajar dan mengajar tidak berubah tetapi persepsi dasar yang menjadi bekal fokus pada pemenuhan hak siswa bukan fokus pada teknologi (terbayang jaman dulu kakek buyut penulis belajar memakai subak, Penulis belajar memakai buku, dan anak-anakku belajar memakai tablet. Ahai belajar gak ada bedanya sama sekali cuma perbedaan media dan jaman tentu saja)
Akhirnya penulis membuat perencanaan (P):
- menyiapkan asesmen awal guna mengetahui fakta sebenarnya di lapangan (keadaan orang tua, siswa dan guru)
- mencari data keunggulaan dan kelemahan PJJ,
- mencari data kemungkinan peluang dan ancaman PJJ
- menyiapkan RPP Kombinasi Bab II tentang Interaksi Sosial dan Lembaga Sosial
- menyiapkan mental
Memenuhi Hak Anak
Setelah dipandang siap secara fisik maupun psikis, maka dilakukan pengorganisasian (O):
- mengorganisasikan aplikasi-aplikasi modern dengan siswa kemudian membuat komunikasi dengan orang tua
- menanyakan pembelajaran apa yang diharapkan siswa; jawabannya cukup menghenyakkan: siswa merasa bosan dengan video, mereka sudah eneg menonton video, mereka pengin membuat video pembelajaran hasil karya mereka. Luar biasa!.
- orang tua mau anak-anak mereka senang dalam belajar, mereka siap membantu memfasilitasi sesuai kemampuan.
Dengan data awal perencanaan dan pengorganisasian dilanjutkan ke tahap selanjutnya pelaksanaan PJJ. (A).
- menyampaikan asesmen awal melewati Google Classroom, dengan asesmen di Google Doc.
- melakukan pembelajaran tatap muka dengan Google Meet (Alhamdulillah ada bantuan kuota dari pemerintah untuk siswa)
- berkomunikasi dengan grup WhatsApp kelas setelah pembelajaran tatap muka, koordinasi pelaksanaan tugas kelompok, proyek pembuatan video.
Peran Serta Guru, Orangtua dan Siswa
Kegiatan selanjutnya melakukan controling (C):
- hasilnya sungguh mencengangkan, antusias anak-anak dalam pembelajaran sangat luar biasa, dengan hanya berbekal grup WhatsApp mereka aktif walaupun jam tatap muka telah selesai.
- siswa didampingi orang tuanya, mereka aktif seolah bermain, serius membagi kelompok dengan dinamika kelompoknya.
- komunikasi guru, orangtua dan siswa terjalin erat, melupakan jarak.
- dalam satu kelas 34 siswa terbagi dalam 5 kelompok, mereka berlomba membuat video pembelajaran yang ditugaskan dengan kelompoknya masing masing mengenai interaksi sosial dan lembaga sosial (yang sebetulnya secara tidak sadar telah melakukan praktik berinteraksi sosial dan berada di lembaga sosial keluarga dan sekolah).
- satu hal lagi yang sangat luar biasa adalah hasil video pembelajaran anak yang dihasilkan tidak kalah dengan hasil video guru-guru mereka.
- hak anak tersampaikan, hak mereka belajar memperoleh pengetahuan, dengan peran serta orang tua dan gurunya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H