Lihat ke Halaman Asli

Buku Bajakan? Maaf, Sanggup Beli Buku Asli :)

Diperbarui: 24 Juni 2015   14:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1367119848433987393

Tanggal 23 April kemarin adalah hari buku ya. Sorry telat ngucapin. Selamat Hari Buku. Terimakasih untuk para penulis. Entah bagaimana jadinya bila di dunia ini tak ada buku. Rasanya bagai katak yang hidup dalam tempurung yang akhirnya mati depresi.

Hari Buku dirayakan sekaligus dengan Hari Hak Cipta sedunia . Warga Romania mengadakan acara peletakan buku di alun-alun kota Bucharest sebagai protes karena Romania dinilai tidak terlalu menghargai hak cipta.

Menulis buku itu tidak mudah. Saya pernah menamatkan satu buku setebal 500 halaman selama dua hari. Menurut penulisnya, buku itu ditulis selama 8 bulan. Selama 8 bulan itu si penulis buku itu bertapa, jarang keluar rumah agar bukunya bisa memenuhi tenggat jadwal.

Saya suka tenggelam dalam cerita yang ada dalam novel. Saya tidak suka membaca cepat ketika membaca sebuah novel karena saya suka menghayati cerita seakan-akan saya ikut masuk dalam cerita itu. Menikmati novel menarik ditemani secangkir teh hangat adalah satu kenikmatan hidup... What a life...

Penulis buku tidak bisa sesantai pembaca. Dia harus mencari referensi sana-sini, googling sana-sini agar ceritanya natural. Penulis harus mikirin plot, alur cerita, karakter tokoh-tokoh, lokasi para tokoh dll. Pokokekudu kerja keras! Nah, bagaimana perasaan seorangpenulis ketika tulisannya dibajak? Kira-kira sama denganpetani yang menanam sawah lalu hasil panennya dirampok!

Saya membaca tweet blogger terkenal Iman Brotoseno @imanbr . Tulisan di blog nya di copas orang, dijadikanbuku, lalu buku itu saat ini dijual di toko-toko buku seperti Gramedia. Bila kita jadi @imanbr, gondok ndak ? Sudah capek-capek mikir, tulisan kita di copas, dan dijadikan duit oleh pihak lain.

Saya juga membaca curhat penulis terkenal A.S. Laksana @aslaksana di twitter. Novel yang dikerjakannya selama 6 bulan dibajak orang hanya dalam waktu dua hari.

Saya beberapa kali membaca keluhanpenulis Andrea Hirata di koran-koran tentang kegalauan beliau pada praktek pembajakan buku. Penulis itu butuh waktu riset untuk menulis satu novel, di luar waktu penulisan, pengeditan hingga satu buku terbit. Buku yang diterbitkan perlu dipromosikan agar laku keras. Bila laku keras, uang honor penulisan tidak langsung masuk ke rekening penulis, harus menunggu. Demikian pula yang saya baca dari pengalaman Dewi Lestari @deelestari pada buku “My Life as a Writer”.

Bila buku hasil karya penulis dibajak, si penulis mau makan apa? Memang ada kiat-kiat penulis untuk bertahan hidup atau kaya dari hasil menulis. Namun tetap saja tindakan membajak buku ini memukul penghidupan para penulis.

Saya perhatikan Raditya Dika tidak atau belum pernah mengeluh tentang pembajakan. Buku-buku Radith dijual murah, hanya sekitar 39 ribu rupiah. Buat apa beli buku bajakan seharga 20 ribu bila hanya beda-beda tipis dengan buku asli. Raditya Dika bisa mendapatkan penghasilan besar dari iklan yang tayang di tv atau media massa, bisa juga dari iklan via twitter. Dengan sekitar 4.6 juta follower, Radith dengan mudah mendapat penghasilan dari iklan.

Penulis novel best seller seperti Andrea Hirata, Dee Lestari, Iwan Setyawan bisa mendapat duit lebih dari novel yang dibeli produser film. Rezeki selalu ada ya untuk orang-orang yang giat dan tekun bekerja pada bidangnya.

Banyak juga ternyata jenis karya yang perlu diperhatikan hak ciptanya. Selain hak cipta tulisan/ buku, ada hak cipta lagu, hak cipta program komputer, hak cipta fotografi, hak cipta untuk penemuan-penemuan lainnya. Ada hak cipta untuk penemuan metode langsing ala A, atau cara bebas kecanduan narkoba lewat metode B dst.. Namun ada saja pihak yang mengambil metode B, membuat perbedaan sedikit lalu memperkenalkan metode B sebagai penemuannya. Nah itu die...

Saya pernah membacabuku yang tampaknya keren. Ternyata isi bukunya adalah copas dari beberapa penelitian orang lain lalu dipermak jadi buku dia. Mungkin si penulis ini tidak tahu bahwa akan ada orang-orang yang bisa menangkap kejanggalan-kejanggalan pada bukunya. Jadi prihatin pada penulis tanpa etika ini.

Kita akan memetik apa yang kita tanam. Bila kita sadar atau tak sadar memakai hak orang lain, maka kita akan menanggung akibatnya, saat ini atau nanti...pasti!

Terimakasih... Namaste_/l_

Tulisan ini dari blog saya www.rawinah-ranarty.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline