Lihat ke Halaman Asli

Roman dan Impian Sang Rokok (G)

Diperbarui: 26 Juni 2015   17:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Hari ini 'aku' terbangun menjadi sebatang rokok dan menjadi 'sebatang' rokok di akhir hari.

Sebatang rokok yang panjang, sepanjang 'batang' garis hidupku.

Sebatang rokok yang penuh banyak hal yang bisa dihisap.

Kegembiraan, kesedihan, kekosongan, ketakutan, bahkan kemarahan.

Setiap hisapan akan membuat nyala pada ujung-ku.
Setiap asap yang dikeluarkan diselingi tawa, tangis, batuk para perokok-ku
Aku mengisi hidupku dengan mendapatkan 'nyala' semangat dari mereka yang 'menghisapku'

Adalah sang asbak yang senantiasa menemaniku, setia mendengar setiap abu-abu yang jatuh setelah 'nyala'-ku

Sungguh kesetiaan dari sang asbak menyentuh-ku.
Sungguh tanpa keluhan dia menahan 'nyala'-ku, terlepas itu tawa, tangis bahkan amarah.

Hari-hari yang makin memendekkan 'aku', selalu berusaha terisi oleh 'nyala' yang akhirnya membuat aku 'bosan' dan melakukan perenungan yang dalam.

Adalah satu dari sekian perokok yang membuat aku jatuh 'sayang' padanya.
Memang tawanya, sedihnya, atau amarahnya bahkan diamnya pun membuat aku 'hidup' dan 'menyala' lewat setiap hisapannya.

Tapi setiap batuknya, setiap nafas beratnya, membuat aku sadar bahwa 'keberadaanku' bukanlah 'bahagia' baginya. Hanya 'candu', hanya 'racun'.

Tidak pernah sedih 'aku' ketika 'dia' hanya menghisap-ku 'seperlunya' karena memang itu lah 'fungsi'-ku, hanya sebatang rokok bagi-nya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline