Pasca belajar daring karena pandemic Covid-19 Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbudristek) mengambil 2 keputusan penting yaitu Kurikulum Merdeka dan ujian masuk Perguruan Tinggi Negeri (PTN) dengan cara Test Potensi Skolastik (TPS). Terkesan keputusan itu diambil tanpa mendengar arus bawah seperti guru dan kajian Perguruan Tinggi kita khususnya eks Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP). Keputusan penting sejatinya harus melibatkan semua komponen yang terkait pendidikan seperti model yang sukses dari berbagai daerah. Langkah apa yang sesungguhnya dilakukan untuk membangun kualitas pendidikan kita?
Dari semua Dinas Pendidikan (Disdik) yang saya amati, salah satu pemimpin terbaik di daerah dalam tata kelola pendidikan adalah model yang diterapkan Rikardo Hutajulu, S. Pd., M.Pd di Kabupaten Toba. Rikardo Hutajulu adalah sarjana matematika dan magister ilmu pendidikan dari Universitas Negeri Medan (Unimed). Ketika Rikardo Hutajulu menjadi Kepala Dinas Pendidikan Samosir hal yang pertama dilakukan adalah melatih (up grade) guru secara kontinu untuk mengubah paradigma cara mengajar dan meningkatkan kompetensi guru.
Rikardo Hutajulu berpendapat bahwa lebih baik guru tidak mengajar sementara jika mengikut pelatihan. Argumentasinya adalah siswa berprestasi bukan soal lamanya belajar tetapi siapa yang mengajar. Diksi siapa atau kapabilitas guru yang mengajar menjadi kunci prestasi siswa. Selama apapun guru mengajar jika tidak memiliki kompetensi maka siswa yang dihasilkan tidak akan menghasilkan prestasi. Kalaupun siswa itu berprestasi mungkin mendapatkan pembelajaran dari luar sekolah.
Sekolah kita bukan mesin produksi ijazah tetapi sekolah harus menghasilkan siswa yang berprestasi dari guru yang konsisten belajar dan mengajar tanpa melihat ruang dan waktu. Seorang guru kapan saja dan dimana saja harus belajar dan mengajar. Itulah keistimewaan guru, katanya berulangkali. Seorang guru memiliki roh pendidikan yang selalu menyalanyala untuk belajar dan mengajar. Jika seorang guru tanpa roh pendidikan, tidak ada perubahan bermakna bagi banyak orang. Seorang pendidik tanpa roh pendidikan maka dia hanyalah seorang profesi biasa saja.
Ketika Rikardo Hutajulu menjadi Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Samosir (Kadisdik), program andalannya adalah bekerjasama dengan berbagai lembaga yang dapat menggalakkan roh pendidikan dengan substansi pelajaran. Guru yang selama ini mengajar hanya karena tugas dirubahnya agar roh pendidikan menyalanyala dengan kompetensi guru yang dimulai dari konsep dasar pendidikan dan konsep dasar mata pelajaran.
Selama ini banyak guru mengajar siswa dengan cara menghafal. Menghafal tanpa memahami tidaklah cukup untuk menghasilkan siswa yang kreatif. Konsep ini harus diubah dengan cara siswa memahami konsep dasar materi pelajaran yang diajarkan. Tidak mungkin guru yang tidak memahami materi pelajaran secara utuh memulai dari konsep dasar. Jika guru mengajar dengan konsep materi pelajaran yang diberikan maka sesulit apapun soal pasti bisa diselesaikan siswa dengan kemampuan kognitif, nalar dan inovasi siswa itu sendiri.
Sekitar tahun 2017 siswa di Samosir cukup sulit masuk Sekolah Mengengah Atas Unggul di Del dan Yasop. SMA Unggul Del didirikan oleh Luhut Binsar Panjaitan dan Yasop didirikan oleh TB Silalahi. Siswa dari Samosir kesulitan masuk ke kedua sekolah itu karena kalah bersaing dengan sekolah sekolah terbaik dari seluruh Indonesia seperti Jakarta, Bandung, Medan, Siantar dan kota lainya dari seluruh Indonesia. Sejak tahun 2017 ketika Rikardo Hutajulu menjadi Kadisdik Samosir anak-anak Samosir terbanyak masuk ke kedua sekolah itu dari kawasan Danau Toba. Anak-anak Samosir tidak hanya mampu bersaing masuk sekolah unggulan tetapi ketika masuk sekolah unggulan, anak-anak Samosir menjadi tim Olimpiade Sains Nasional (OSN) dari sekolah unggulan itu dan mendapat medali di tingkat nasional. Hal itu bermakna bahwa pondasi pendidikan dasar yang baik menjadi modal kompetensi di sekolah unggul hingga anak-anak Samosir masuk Perguruan Tinggi Negeri (PTN) seperti Kedokteran UI, masuk ITB, ITS dan PTN Unggulan lain.
Dua keputusan Nadim Makarim yaitu kurikulum merdeka dan test Skolastik untuk masuk PTN akan mudah bagi guru yang sudah di up grade selama ini. Kurikulum Merdeka yang fokusnya kepada minat siswa akan tercapai jika guru yang mengajar memiliki roh pendidikan. Guru yang memiliki roh pendidikan selalu menggunakan hatinya untuk mengamati potensi siswa. Sulit bagi guru yang mengajar adalah kewajiban untuk mengamati potensi setiap siswa apalagi melakukan fasilitasi bagi setiap siswa yang memiliki minat beragam. Melihat potensi siswa melelahkan bagi guru yang bekerja hanya sebagai kewajiban saja.
Test Potensi Skolastik yang meliputi kognitif, nalar matematika, kompetensi literasi bahasa Indonesia dan literasi bahasa Inggris tidaklah sulit jika siswa dididik oleh guru yang memiliki roh pendidikan. Guru yang memiliki roh pendidikan dipastikan belajar dan mengajar tanpa melihat ruang dan waktu. Guru yang memiliki roh pendidikan akan memahami kebutuhan siswanya masing-masing. Guru yang memilik roh pendidikan akan mengisi kekurangan setiap siswanya.