Kasus Brigadir J yang diduga dibunuh dengan sengaja oleh FS di rumah dinas FS merupakan puncak cerita mengerikan di tubuh internal polisi. Bagaimana mungkin negara menggaji polisi untuk membunuh polisi? Kasus ini adalah tragedi yang teramat memilukan. Bagaimana bisa terjadi kasus yang mengerikan seperti tewasnya brigadier J yang diduga ditembak oleh pimpinannya? Mengapa hal itu bisa terjadi?
Dalam keseharian saya sering bertanya dalam hati, "masihkah ada yang suka dengan polisi diluar polisi atau keluarga polisi?" Pertanyaan itu muncul karena pengalaman saya sejak kecil sangat mengecewakan kepada polisi ditambah dengan cerita-cerita pengalaman teman berhubungan dengan polisi. Bahkan berulangkali teman mengatakan jangan lawan polisi. Mengapa muncul saran agar jangan lawan polisi?
Hal itu terjadi karena pada umumnya polisi ingin menang sendiri. Arogansi kekuasaan yang menonjol. Rasanya prihatin jika membaca polisi itu melayani, melindungi, mengayomi itu. Jika membaca itu cukup mengernyitkan dahi saja.
Jika kita mengatakan polisi tidak bagus, ada yang mengatakan bahwa tidak boleh digeneralisasi. Tetapi pengalaman saya berurusan dengan polisi sangat mengecewakan. Tahun 97 saya tinggal di Pekanbaru, ketika itu sepeda motor saya menyenggol seorang ibu. Ibu itu tersenggol motor saya karena ibu itu tiba-tiba menyebrang jalan raya. Kami pun berdamai dengan ibu itu. Kami saling memaafkan.
Kami sudah saling memaafkan, tiba-tiba seorang separuh baya pakai jeket memanggil saya agar bertanggung jawab. Saya tidak tau apa lagi yang harus kupertanggungjawabkan. Karena baju jeket pakaian sipil saya bertanya anda siapa? Beliau menjawab saya polisi. Mana identitas anda sebagai polisi? Dia menodongkan pistol ke wajah saya. Saya katakana bahwa pistol bukanlah identitas polisi, sebab penjahat juga bisa saja punya pistol.
Ketika kami bertengkar dan pistol masih di wajah saya, polisi itu makin marah. Dia mengajak saya ke kantor polisi dan melaporkan saya. Ketika beliau selesai melaporkan bahwa saya menabrak seorang ibu, saya juga melaporkan balik tentang apa yang dia lakukan kepada saya. Polisi tidak mau menerima laporan saya yang kemudian terjadi pertengkaran lagi. Tahun itu saya baru lulus kuliah dan masih sangat idealis.
Malam itu sepeda motor saya di kantor polisi padahal ibu yang tersenggol sudah pergi entah kemana. Tersenggolnya cukup pelan. Pertanyaan saya adalah apakah polisi itu berhak melaporkan saya ke polisi? Polisi itu menyuruh saya mencari ibu yang tersenggol itu.
Bagaimana cara mencarinya? Ibu itu kan sudah berdamai dengan saya, masalahnya apa? Dengan siapakah saya berperkara? Saya marah-marah di kantor polisi. Polisi yang menerima laporan ketika itu mengatakan sebenarnya tidak layak lapaoran itu tetapi karena teman, tidak enak jika tidak diterima.
Hingga tengah malam saya meminta agar sepeda motor saya dibebaskan karena tidak ada persoalan. Tetapi polisi berjanji akan memberikan sepeda motor itu dibebaskan besok harinya. Karena janji itu maka saya pun pulang dengan kuatir juga sepeda motor saya tidak aman.