Lihat ke Halaman Asli

Gurgur Manurung

TERVERIFIKASI

Lahir di Desa Nalela, sekolah di Toba, kuliah di Bumi Lancang Kuning, Bogor dan Jakarta

Pergumulan Guru dari Kawasan Danau Toba di Masa Pandemi

Diperbarui: 16 Agustus 2021   18:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumen Pribadi 

Saya berulangkali mengutip  pernyataan  Prof. Yohanes Surya yang mengatakan  bahwa," tidak  ada anak yang bodoh,  tetapi yang ada adalah  anak-anak yang  belum menemukan guru yang  tepat".  Prinsip bahwa tidak ada anak yang bodoh,    maka kami  selalu konsisten melakukan  pembaruan   (up grade)  kompetensi  guru.   

Ketika saya menulis di  beranda medsosku, ibu guru  Rumiati Sihotang dari Samosir   menghubungi saya untuk mengaminkan status medsosku yang sebenarnya  kutipan itu. Tulisan ini akan merangkum pergumulan beberapa guru dari kawasan Danau Toba selama pandemi.  

Dalam konteks pandemi  umumnya guru kesulitan  mengendalikan  siswa.    Kesulitan itu dialamai guru karena  metode daring.   Dengan sistem atau metode  daring  guru kesulitan mengetahui sejauh mana pemahaman  setiap siswa terhadap  esensi  pelajaran yang diberikan.  Kesulitan itu diperparah   ketika orang tua siswa tidak mendukung. 

Orang tua tidak mendukung dalam hal pengawasan dan fasilitas di rumah.  Cukup banyak persentase  siswa yang tidak memiliki laptop.  Siswa yang tidak memiliki laptop biasanya  menggunakan  handphon  android.  

Kadang, kalau keluarga di kawasan Danau Toba   ada anaknya 4 orang atau lebih di SD, SMP dan SMA tentu kesulitan.  Selain kesulitan  laptop dan handphone, siswa juga kesulitan membeli pulsa.

Orang tua tidak hanya  kurang  memperhatian anaknya, ada juga orang tua membawa handphone ke ladang, ke onan  atau ke pesta.  Kalau handphone dibawa ke ladang, ke onan  atau ke pesta, bagaimana siswa belajar?. Bahkan ada  orang tua yang memanfaatkan anaknya untuk bekerja di ladang.  

Sejatinya,  dimasa pandemi ini orang tua menjadi kunci untuk menolong anak didik untuk belajar.  Sebab tiga hal yang  dibangun kepada setiap anak seperti kognitif, afektif dan motorik siswa  hanya orang tua yang menjadi kunci  penilaian.   Dalam konteks kognitip pun, siswa bisa saja  mengelabui guru  seolah dimengerti karena  bantuan orang lain.  

Dalam konteks inilah orang tua harus menyadari bahwa  kunci sukses pembelajaran dimasa pandemic adalah orang tua.


Cerita guru dari  Kawasan Danau Toba.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline