Lihat ke Halaman Asli

Gurgur Manurung

TERVERIFIKASI

Lahir di Desa Nalela, sekolah di Toba, kuliah di Bumi Lancang Kuning, Bogor dan Jakarta

Marga Perempuan Batak Tidak Hilang dan Makna Pesan bagi Dunia

Diperbarui: 2 Desember 2020   10:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Anak-anak di Desa Papande salah satu penghasil ulos terbaik di tanah Batak (Kompas.com / Gabriella Wijaya)

Dalam kehidupan sehari-hari sering kita dengar suka Batak hidupnya tidak sempurna jika tidak memiliki laki-laki. Alasan ketidaksempurnaan itu adalah garis keturunan akan hilang karena laki-laki pembawa marga.

Betul bahwa laki-laki yang meneruskan marga tetapi bagimana dengan garis keturunan perempuan? Apakah hilang begitu saja? Pertanyaan itu saya jawab dengan melakukan penelusuran. Bagaimana keturunan itu setelah ratusan tahun? Dalam tulisan ini akan saya berikan pemaparan tentang marga saya Manurung. Bagaimana cerita boru Manurung setelah ratusan tahun.

Apa makna hilang yang dimaksud dalam kebudayaan Batak?

Sebagai contoh semua marga Tambunan, Sianturi yang diperkirakan ratusan atau hampir ribaun tahun lalu bahwa nenek moyang mereka dilahirkan dari putri Manurung. Hubungan kekerabatan Manurung dengan Tambunan dan Sianturi sangat kuat. Bahkan Manurung ada kalanya lebih akrab dengan Tambunan dan Sianturi dibandingkan dengan sesama marga Manurung.

Dalam perjalanan saya ke sebuah daerah di Pangaribuan ternyata marga Pakpahan dibeberapa desa di Pangaribuan Tapanuli Utara nenek moyang mereka lahir dari Rahim perempuan marga Manurung. Di tugu mereka tertulis nenek moyang mereka boru (perempuan) Manurung. Mereka cerita bahwa mereka sangat hormat dengan Manurung karena ada kisah-kisah yang unik. Pesan-pesan dari nenek moyang mereka dengan lancar mereka ceritakan.

Setelah dari Pangaribuan ada lagi di Siborongborong yang ada beberapa desa yang marganya Lumbantoruan menceritakan bahwa nenek moyang mereka adalah boru Manurung. Marga Lumbantoruan itu cerita bahwa teman semarga mereka di Lintongnihuta juga Humbanghasundutan juga keturunan boru Manurung. Di Kabupaten Toba, tepatnya Laguboti ada marga Hutajulu yang juga keturunan boru Manurung. 

Jika kita ke Samosir tepatnya di Nainggolan kita akan jumpa marga Nainggolan Lumbanraja yang juga nenek moyang mereka boru Manurung. Marga Lumbanraja langsung memanggil Manurung dengan tulang. Di Samosir juga yang dihuni marga Nadeak yang menurut silsilahnya bahwa mereka Bersama Simataraja, Lango Raja dan Saing Raja dilahirkan boru Manurung.

Jika dihitung jumlah keturunan Manurung dengan boru Manurung maka jumlah keturunan boru Manurung jauh lebih banyak. Mungkin jangkauannya juga lebih luas ke seluruh dunia karena menikah mengikuti suaminya. Jangkauan perempuan Batak lebih jauh dan penyebarannya lebih cepat karena perempuan menikah meninggalkan kampung halamannya.

Jika marga Batak mengingat nenek moyang mereka dari perempuan dan nilai-nilai hidup dari nenek moyang mereka diingat dari marga perempuan apakah masih relevan atau menganggap tidak sempurna ketika keluarga Batak tidak memiliki anak laki-laki? Dalam praktik kehidupan seharihari hubungan erat sekali dengan satu marga dan keturunan perempuan. Hubungan emosional dengan keturunan marga dari perempuan lebih dekat.

Jika ditelusuri lebih dalam maka akan sangat banyak keturunan boru Manurung yang satu keturunan, dua keturunan, tiga keturunan, empat keturunan dan seterusnya.

Sumber : napznapzayee.blogspot.com

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline