Lihat ke Halaman Asli

Gurgur Manurung

TERVERIFIKASI

Lahir di Desa Nalela, sekolah di Toba, kuliah di Bumi Lancang Kuning, Bogor dan Jakarta

Ketika Istri Salah Berdoa?

Diperbarui: 7 November 2020   21:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

lintaspapua.com

Gale adalah anak Desa yang merantau  ke kota karena lulus  Perguruan Tinggi Negeri   (PTN). Di kampus yang  dicintainya itu dia aktif di organisasi internal kampus dan organisasi pergerakan mahasiswa. Belajar di kampus, aktif berorganisasi  dan dia senang menulis. Bagi Gale, menulis adalah salah satu alat perjuangan untuk mencapai panggilan hidup.  Pokok-pokok pikiran kita dan apa yang menjadi pergulatan hidup kita bisa kita tuangkan dalam tulisan. Selama  kuliah Gale tidak pernah pacaran karena  merayu perempuan  pakai literatur. Gaya Gale seperti itu tidak  menarik bagi wanita. Jika  Gale mengungkapkan perasaanya kepada wanita yang disukainya, umumnya wanita menjawab, "sudah kuanggap abang".

              Gale tidak putus asa karena cintanya selalu ditolak di kampus.  Wanita cantik, sedang dan paspasanpun menolak cintanya.  Cinta yang ditolak tidak membuat Gale surut  niatnya untuk belajar, berpikir dan menulis. Idealisme selalu berkobar di hati Gale.   Menurut beberapa wanita yang menolak cintanya, Gale memang cocok jadi abang tetapi tidak cocok  jadi pacar.   Gale menerima kenyataan dengan penuh ucapan syukur. Dalam hati Gale, "cintaku ditolak, rugi sendiri karena Gale merasa "barang"  bagus".

              Tidak terasa Gale sudah lulus sarjana tanpa wisuda. Gale melanjutkan kuliah di pascasarjana di kota yang berbeda. Di kampus barunya Gale terus belajar dan fokus kepada ilmu  yang didalaminya dan ilmu yang dipelajarinya  ditulis di berbagai media dengan tulisan ilmiah populer.  Gale rajin menulis topic yang  dipelajari dan persoalan sosial yang ada di masyarakat ditanggapi sesuai kompetensinya.

              Kegemaran Gale menulis di  berbagai media dibaca oleh  Tuti.  Tuti   alumni  Universitas terkemuka  itu kesemsem dengan pemikiran Gale, khususnya tulisan-tulisan pemikiran sosial dan  menyangkut kemanusiaan.   Tuti  sebetulnya sangat tertarik dengan pemikiran sosial dan pelayanan sosial di satu sisi tetapi disisi lain dia sangat menikmati  kehidupannya bekerja di perusahaan asing. Pengen pekerja sosial tapi enak punya uang, pikirnya.

              Karena  kesemsem dengan tulisan Gale, Tuti menghubungi Gale dan mengungkapkan  kekagumannya lewat e_mail. Tuti mengatakan, aku suka tulisan abang dan teruslah menulis. Aku penikmat tulisan-tulisanmu. Salam hangat, tulis Tuti di e_mailnya.  Gale menjawab,  terima kasih atas dukungannya.  Beberapa bulan kemudian  Tuti membaca tulisan Gale dan menghubungi  gale lagi. Aku suka bangat tulisan abang dan pengen belajar menulis.  Gale menjawab, terima kasih dan semoga suka juga dengan orangnya, jawab Gale sedikit menggoda.

              Tuti serius  ingin belajar dengan Gale dan selama belajar mereka jatuh cinta.  Mereka akhirnya menghasilkan tulisan-tulisan yang bagus dan saling mengasah pemikiran.  Selama pacaran Tuti yang traktir karena Gale masih kuliah di pasca sementara Tuti sudah bekerja dan mapan secara ekonomi.  Selama pacaran itulah Tuti mengetahui  Gale uangnya paspasan karena habis dalam pergerakan. Kehidupan  Gale  minim uang, kencang dalam gerakan.  Gale adalah seorang yang ke-re- a-tif  dalam arti kere dan aktif (logat Batak). Uang boleh  habis tetapi pergerakan sosial dan pemikiran dinamis.  Teman-teman  Gale butuh bantuan untuk  pergerakan sosial.

              Setahun mereka pacaran, Gale pun sudah lulus dari pascasarjana. Gale mengatakan bahwa dia tidak punya uang karena kegiatanya sebagai aktivis sosial tidak punya uang. Tuti tidak keberatan sama sekali kegiatan Gale. Tuti hanya minta agar setia dan komitmen melakukan kegiatanya sosialnya  dengan konsisten.   Mereka pun memutuskan menikah dengan sederhana.  Gale mengatakan gaya hidup dan kegiatan harus seimbang.  Dalam konteks kita berbeda tetapi harus kita sepakati. Tuti pekerja kantoran Gale aktivis sosial.  Dua gaya hidup yang berbeda.

              Ketika mereka sudah menikah, teman-teman Tuti membawa TV, Kulkas, Kompor gas,  lemari dan hampir penuh rumah kontrakan mereka.  Tuti lelah menyusun hadiah yang dibawa kawan-kawannya. Hadiah itu serba mahal.  Setelah semua hadiah disusuun Tuti yang  dibantu  Gale, tiba-tiba Tuti berkata, "jika kita melihat perbeedaan hidupku dan hidupmu memang musibah lah aku menikah denganmu iya".  Gale terkejut dan menjawab, jika kamu mendapat musibah, aku dapat apa dong? Tuti mengatakan, "abang dapat anugerah dong".  Gale mengatakan, aku dapat anugerah  adek dapat musibah iya. Itu artinya  kamu harus belajar berdoa denganku. Mengapa, sergah Tuti.

              Aku kan dapat anugerah, itu artinya  doaku dijawab Tuhan,  adek dapat  musibah berarti salah berdoa, dong, canda Gale. Makanya belajarlah samaku cara berdoa yang benar. Tuti tanpa malu mengatakan, iya juga iya bang. Memang itulah  yang kusuka dari abang, jawabnya selalu menarik dan menyadarkan.  Tuti memang suka laki-laki yang cerdas dalam jawaban, cerdas bersikap, peka sosial dan  visioner.  Bagi Tuti, uang memang penting tetapi ada yang lebih penting yaitu  hidup yang  bermanfaat bagi orang lain.  Gale dan Tuti dua insan  dengan gaya hidup yang berbeda tetap paling bahagia.  Sejak itu mereka berharap agar berdoa benar dihadapan Tuhan.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline