Lihat ke Halaman Asli

Gurgur Manurung

TERVERIFIKASI

Lahir di Desa Nalela, sekolah di Toba, kuliah di Bumi Lancang Kuning, Bogor dan Jakarta

Risma Tak Malu Mertuanya Pemabuk

Diperbarui: 31 Oktober 2020   17:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

popbela.com

Profesor buatan Kompasioner   Felix Tani  yang   senang menggangkat cerita Poltak  sangat menarik. Profesor Felix Tani itu  ahli  Batakologi yang kentir.  Kata kentir begitu populer karenanya, padahal akupun tidak paham apa itu kentir yang sesungguhnya.  Jika guru besar buatan kompasioner itu cerita panjang soal si Poltak, maka aku akan cerita si Risma yang  bijak, pintar, cerdas dan rendah hati.  Guru besar kentir itu pernah menyebut saya orang Batak berhati lembut, padahal kutipu dia. Menipu profesor itu menyenangkan. Sebagai tindak lanjut tipuan, maka saya akan mengimbangi cerita si Poltaknya dengan si Risma. Si Poltak  tidak akan jodoh dengan si Risma walaupun dengan  mas kawin beberapa ekor kerbau si Poltak. Sebab Risma menautkan hatinya yang lembut bagaikan salju  telah  terakumulasi dengan  Jahorman, anak tukang mabuk yang kerjanya main catur. 

Di  sebuah daearah  di Sumatra, ada kebiasaan kaum bapak main catur  hingga lupa makan atau tanggungjawab karena asyik main catur saja.   Asyik saja main catur dari pagi hingga larut malam.  Tak  terasa,  si Jahorman  yang ayahnya  senang main catur sudah lulus SMA dan lulus di Perguruan Tinggi  Negeri (PTN) di pulau Jawa.   Sejak nikah hingga anak dewasa, ayah Jahorman sibuk main catur sementara ibu Jahorman rajin ke ladang dan beternak kerbau. Si Jahorman dan adik-adiknya  rajin ke ladang dan merawat kerbaunya. Mereka mengabaikan ayahnya yang selalu sibuk main catur dan nongkrong macam anak-anak remaja.

Ibu Jahorman sangat bahagia pagi itu karena membaca  nama Jahorman ada di surat kabar terbesar di provinsi  itu. Ibunya sibuk mencari uang  untuk ongkos Jahorman dan biaya yang dibutuhkan Jahorman.  Ayah Jahorman tidak terlibat, dan  hanya bangga mendengar dari orang bahwa anak sulungnya lulus di Perguruan Tinggi Negeri (PTN) ternama di pulau Jawa.

Tiba waktunya,  Jahorman akan pergi.  Ibunya mengantar Jahorman dan minta pamit dari tempat ayahnya nongkrong. Pak, aku berangkat iya.  Iya katanya ayahnya dingin.  Semua perlengkapan Jahorman disiapkan ibunya.   Ibunya sendiri mencari dan menghitung biaya yang dibutuhkan Jahorman. Ibu Jahorman menjual seekor kerbau dan meminta uang hasil penjualan padi beberapa bulan lalu dari toke di kampun itu.

Jahorman tiba di kampus, dia mendaftarkan diri agak kaku karena dari kampung.  Dia berjumpa dengan Lambok yang berasal dari Sitamiang Samosir.  Lambok adalah anak guru. Ayahnya pengawas sekolah dan ibunya guru di Samosir. Mereka berdua kompak.  Mereka berdua berjumpa dengan  banyak orang di Kampus.  Kawan-kawan mereka ada yang dari Papua, Lampung, Sidikalang, Sipiongot,  Langkat, Dumai, Duri, Tanjung Pinang, Porsea, Siborongborong, Doloksanggung, Kutacane dan hampir semua dari Indonesia ada.  Jahorman bahagia di kampus barunya.

Setelah administrasi pendaftaran kampus selesai Jahorman menelpon ibunya. Jahorman menanya keadaan bapaknya. Ibunya menjawab baik-baik saja.  Di akhir pembicaraan ibunya menceritakan bahwa gadis canti k di desanya kirim salam. Gadis desa  yang biasa  menjaga kedai kopi di desa itu. Gadis desa yang dipanggil si Sere itu kirim salam.  Tanpa diketahui Jahorman, si Sere naksir kepadanya. Tetapi Jahorman bilang salam balik saja.

Di tengah perjalanan kuliah, ada gadis Batak bernama Risma menaksir si  Jahorman. Risma kelahiran Jakarta itu sering datang ke tempat kost Jahorman.  Jahorman agak grogi dan bersikap baik dan ramah kepada Risma.  Risma tertarik kepada Jahorman karena pintar, gigih dan ulet. Jahorman adalah anak yang bertanggung jawab. Lagi pula, Jahorman kuliahnya baik dan aktif organisasi.  Mereka aktif di satu organisasi  dan sering aktif dalam diskusi. Setahun sudah mereka kompak, tetapi mereka tidak resmi pacaran. Padahal de facto mereka sudah  kompak dan selalu berdiskusi dengan hal-hal yang baik. Mereka saling mengasah pemikiran. Mereka berdua memiliki kesamaan yaitu senang berpikir dan membaca.

Suatu ketika  mereka memiliki kegiatan yang sama. Kegiatan organisasi itu menagadakan api unggun.  Mengellilingi api unggun dan bernyayi. Sambil bernyanyi Risma memegang tangan Jahorman dan lembut.  Pegangan Risma menembus relung hati Jahorman yang paling dalam.  Risma melirik wajah Jahorman sambil meremas jarinya. Jahorman hampir tak percaya apa yang terjadi.  Jahorman mau menolak karena   takut dosa. Jahorman memang alim  selama ini.  Tidak ada yang melihat  malam itu bahwa mereka berpegangan tangan.

Selesai acara api unggung Jahorman sulit tidur. Orang kampung yang masih hijau itu  gamang dan galau.  Besoknya setelah pulang,  Risma menanyakan apa yang dirasakan  ketika tangan  Jahorman dipegang. Jahorman tidak bisa menjawab,  tetapi wajahnya kaku.  Risma mengerti akan jawaban wajah Jahorman. Sejak itulah Risma menyadari bahwa Jahorman mencintainya. Risma mengenal Jahorman yang kaku dalam berekspresi. Satu hal yang Risma tau, bahwa Jahorman orang baik dan beriman. Modal itu lebih dari cukup untuk bahagia, pikir Risma.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline