Lihat ke Halaman Asli

Gurgur Manurung

TERVERIFIKASI

Lahir di Desa Nalela, sekolah di Toba, kuliah di Bumi Lancang Kuning, Bogor dan Jakarta

Servis Mesin Politik di Detik Terakhir Pilkada 2020

Diperbarui: 29 Oktober 2020   06:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Kompas.com

Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada)   9 Desember 2020 sudah dekat. Pilkada yang diundur sekitar 2 bulan ini cukup melelahkan karena perkiraan  biaya kampanye berbeda dari perkiraan awal  karena pengunduran jadwal.   Ditambah  perkiraan  biaya kampanye berbeda karena  tidak ada yang memperkirakan factor pandemi Covid19. 

Kemungkinan biaya kampanye yang disebabkan oleh pandemi19  lebih tinggi karena konstituen membutuhkan bantuan  karena terdampak pandemi19 Covid19. Kebutuhan bantuan banyak sementara pendukung dana banyak yang merugi.   Dalam kondisi menjelang  perhelatan 9 Desember 2020 bagimana persiapan mesin politik para kontestan?

Dalam  politik keseharian kita ada dua arus besar yang  sulit bertemu yaitu  para kader Partai Politik (Parpol) dan diluar Parpol.  Mereka yang diluar Parpol selama ini  banyak yang alergi  terhadap kader Parpol karena dipersepsikan  kader Parpol itu hampir tidak ada yang benar. Kader Parpol sering dibulling mereka yang diluar kader Parpol. Dalam   Pilkada tahun  ini banyak juga kontestan  yang  berasal dari yang bukan kader Parpol.

Jika selama ini alergi dengan Parpol dan kini kontestan  yang direkomendasikan  Parpol, bagimana mengelola dukungan dari Parpol untuk memenangkan Pilkada 9 Desember 2020?.  Dalam kondisi inilah suasana serba kaku.  Kontestan yang selama ini alergi Parpol akan sulit menghadapi kenyataan. Dalam kondisi sulit dan serba kaku, apalagi masih menuding kader Parpol tidak ada yang benar menimbulkan gejolak. Dalam konteks inilah bisa menghasilkan koalisi besar  Parpol bisa kalah.

Kader Parpol itu mengerti kehidupan  yang bukan kader Parpol karena mereka dulu pernah di luar kader Parpol. Tetapi yang bukan kader Parpol tidak mengerti kehidupan kader Parpol karena belum pernah merasakan bagaimana Parpol  mengelola lembaga yang bergerak  di dunia politik. Dunianya berbeda sekali. Di dunia politik mengenal kompromi karena melihat arus yang lebih besar dan dinamika politik yang sangat cepat.  Jika tidak terbiasa dengan dinamika politik yang cepat maka kandidat diluar parpol yang bertarung melalui Parpol akan kikuk.

Apa perbedaan kader Parpol dan bukan Parpol melihat dinamika politik?  Kader Parpol lebih menyadari dampak kebersamaan dibandingkan  personal. Kader Parpol menyadari bahwa kualitas atau kapasitas, integritas  dan popularitas tidak cukup untuk membangun bangsa dan Negara. Dukungan politik sangat penting karena keputusan politik  harus mufakat atau mayoritas.  Orang sehebat apapun tanpa dukungan politik  tidak bisa berbuat apa-apa dalam politik. Sebaliknya, orang biasa-biasa saja jika mendapat dukungan politik (legitimasi) akan berdampak luas dan mudah memutuskan kebijakan politik.

Dalam kehidupan keseharian sejatinya tidak perlu dikotomi kader Parpol atau bukan kader Parpol jika kita saling empati.  Para kader Parpol sejatinya lebih banyak bertanya kepada anak bangsa yang  bergerak dalam aktivitasnya masing-masing. Demikian juga mereka yang  bukan kader Parpol banyak bertanya bagaimana kehidupan kader Parpol yang sesungguhnya.  Dalam keseharian kita mereka yang tidak aktif di politik  sering sekali mengajari para kader Parpol dalam diskusi politik. Dalam kondisi ini kader Parpol berdiam diri karena sulit untuk menjelaskannya.

Harus diakui menjadi kader Parpol itu mengalami kesulitan tersendiri karena sikap pribadi dengan keputusan Parpol acapkali berbeda.  Dalam konteks Pilkada misalnya, saya selaku kader Parpol mengetahui persis si A tidak cocok menjadi Bupati. Tetapi Partai kita memberikan rekomendasi kepada si A.  Bagimana sikap kita jika terjadi hal semacam ini?

Dalam kondisi inilah seorang kader Parpol mengalami kesulitan.  Dalam konteks inilah ada kader Parpol  menjadi calon dari Parpol lain atau bahkan kader Parpol itu memilih jalur independen. Memilih jalur independen  tetapi dalam prakteknya  didukung kader Parpol dilapangan.  Berbagai dinamika politik terjadi di lapangan.

Dikotomi Parpol dan non Parpol tidak relevan lagi menjelang  Pilkada yang tinggal menghitung hari. Tugas sekarang adalah melakukan konsolidasi  ke semua pendukung Parpol maupun relawan. Dibutuhkan kemampuan komunikasi politik agar mesin politik berjalan dengan baik. Dalam konteks inilah kemampuan kandidat diuji  komunikasi politiknya. Kemampuan komunikasi politik adalah bagian dari kapabilitas memimpin.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline