Ketika saya membaca topik pilihan yang disuguhkan Kompasiana adalah "Kiat Bekomunitas" saya langsung semangat untuk menulisnya. Topik yang sangat menggairahkan. Tiba-tiba saya bingung untuk mencari fokus penulisan karena cukup banyak komunitas yang saya ikuti. Komunitas yang saya ikuti dibangun karena latara belakang adanya kasu yang harus ditolong secara rame-rame, karena hobi dan karena kebutuhan. Komunitas dibangun karena kasus Ujian Nasional (UN) yang curang, kasus ketidakadilan hukum dan sosial, kebutuhan dan hobi.
Komunitas yang dibangun karena latar belakang kasus adalah komunitas guru yang menangis karena ketika mengawas UN tahun 2007 para guru melihat kecurangan yang masif dan sistemik. Kemudian kasus Ompung Saulina yang usianya 92 tahun ketika membangun kuburan leluhurnya di atas lahan 4 x 2 meter menjadi terpidana. Ketika saya baca kronologis kasus dan saya melihat lansung ke Desa Sampuara, Dusun Panamean, Tobasa, Sumut, maka saya melihat ketidakadilan itu.
Saya pikir, tidak mungkin sendiri melawan ketidakadilan itu. Karena itu kami bentuk Forum Pemuda Toba Samosir (FPT). FPT berjuang untuk mebela Ompung Saulina dan enam anaknya yang mendekam di penjara. Bagi saya, kasus itu adalah kasus paling aneh yang pernah saya lihat. Kami bangun komunitas Bersama seorang pengacara Boy Raja Marpaung, dokter Tota Manurung, wartawan Alex Siagian dan lae Lubis, Candrow Manurung yang kini Wakil ketua DPRD Tobasa dan teman-teman aktivis lain
Komunitas yang dibangun karena kebutuhan adalah anak-anak saya yang dua orang butuh teman bermain dan rekreasi. Komunitas itu adalah komunitas teras gereja dan komunitas kami di perumahan yang sama. Komunitas gereja itu berkumpul para orang tua sepulang gereja sambil ngopi dan anak-anak laki-laki bermain bola di halaman gereja dan anak-anak perempuan bermain di tempat mainan.
Ketika ad acara ulang tahun, makan Bersama di tempat yang disepakati. Komunitas ini sangat akrab karena anak-anaknya saling membutuhkan untuk bermain. Komunitas karena hobi adalah olahraga bola dan komunitas penulis. Komunitas penulis Kristen, guru dan cukup banyak komunitas yang terkait tulis menulis.
Di Komunitas penulis itulah hidup yang kocak. Dan, komunitas penulis itu unik. Komunitas yang tidak ada konfliknya. Berbeda pandangan, gaya tulis dan berbagai macam aliran pemikiran jadi bahan tulisan.
Hidup damai lahir dan batin jika masuk dalam komunitas penulis. Di Komunitas penulis inilah saling menajamkan pemahaman dalam berbagai hal. Komunitas penulis yang cukup banyak saya ikuti saya temukan betapa kayanya pemikiran manusia.
Salah satu komunitas yang sangat berkesan adalah Komunitas Air Mata Guru (KAMG) yang dibangun para guru dari Sumatera Utara, tepatnya di Kota Medan tahun 2007.
Para guru yang jujur itu setelah pulang dari mengawas Ujian Nasional (UN) berkumpul di sebuah rumah. Mereka menangis bersama karena UN dimana-mana penuh kecurangan. Ketika mereka berhenti menangis, mereka mau berjuang dan Langkah awal membentuk Komunitas Air Mata Guru (KAMG).
Ketika mereka telah membentuk KAMG mereka memutuskan untuk berjumpa para pengambil kebijakan untuk menjelaskan bahwa UN itu curang dimana-mana.