Lihat ke Halaman Asli

Gurgur Manurung

TERVERIFIKASI

Lahir di Desa Nalela, sekolah di Toba, kuliah di Bumi Lancang Kuning, Bogor dan Jakarta

Mengelola Struktur Parpol dan Tim Relawan Agar Sinkron di Pilkada 2020

Diperbarui: 30 Agustus 2022   10:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

kompas.com

Pemilihan Presiden (Pilpres), Pemilihan Legislatif (Pileg)  dan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada )  yang semuanya secara langsung umumnya memiliki dua jalur yaitu  struktur partai dan relawan.  

Bagaimana sebetulnya  mengelola komunikasi politik antara kekuatan Parpol dan tim relawan  untuk memenangkan kandidat, khususnya di Pilkada 2020?. Apakah tepat model Badan Pemenangan Nasional  (BPN) ala Prabowo Sandi?, atau  model Tim Kampanye Nasional (TKN) ala Jokowi-Amin?.

Dalam  Pilpres BPN dan TKN merupakan tim gabungan dari Parpol, tim profesional, tokoh masyarakat, aktivis dan berbagai komponen untuk memenangkan Pilpres.  Dalam konteks Pemilihan Gubernur  (Pilgub) model itu dapat ditiru karena jangkauan wilayah yang luas.  Siapa yang kuat menjelajah dan cerdas menyampaikan isu yang tepat ke public dialah yang menang.  

Sebab, pemilih hubungan batin tidak begitu kuat dengan yang dipilih. Pemilih menjatuhakan pemilih umumnya bukan karena  dikenal, tetapi lebih kepada isu yang disampaikan dan kerja keras  Tim Sukses (Timses)  menjangkau masyarakat.  Isu, persepsi publik dan keja keras Timses menjadi kunci kemenangan.

Persaingan yang paling ketat dalam Pileg sebetulnya ada di Pileg Kotamadya dan Kabupaten.  Dalam Pileg  untuk DPRD Kodya dan DPRD Kabupaten  pada umumnya pemeilih dan yang dipilih kenal bahkan memiliki hubungan batin. Mengapa?, karena wilahnya kecil dan jumlah suara yang  memilihpun sekitar 1000 -- 5000 an suara. 

Kompetisi  internal partai dan  ekternal sangat sengit. Potensi konflik   ketika kampanye sangat tinggi.  Seleksi inilah menunjukkan pada umumnya yang terpilih adalah  Calon Legislatif (Caleg) yang memiliki hubungan batin  dengan pemilihnya yang menang.  Walaupun, dalam praktek ada yang melakukan politik uang tiba-tiba menang karena pemilih irasional  diberikan sejumlah uang yang banyak. Tetapi jumlah itu tidak banyak.

Sebagai contoh di  Kabupaten Samosir ada    3 Bakal Calon (Balon) Bupati /Wakil Bupati  yaitu pasangan  Vandico Timoteus Gultom- Martua Sitanggang   telah mendapat   rekomendasi dari 6 partai yaitu Partai Nasdem (5 kursi DPRD), PKB (4kursi DPRD), Golkar (3 kursi)   Gerindra ( 2 kursi DPRD), Demokrat (2 kursi DPRD),  Hanura ( 1 kursi DPRD).   

Pasangan petahana  Rapidin Simbolon- Juang Sinaga hanya didukung PDIP dengan 8 kursi.  Pasangan Marhuale -  Guntur Sinaga telah mendaftar  melalui jalur Independen, dan kini sedang diproses di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Samosir.  Dalam tulisan ini, diasumsikan 3  Balon akan menjadi  pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati.

Dari perolehan suara partai maka anggota DPRD yang mendukung Vandico- Martua adalah 17 kuris dan anggota DPRD pendukung  Rapidin Simbolon-Juang Sinaga  hanyalah 8 kursi  dari PDIP.  Apakah jumlah partai pendukung berpengaruh  terhadap  kemenangan Calon?.  Banyak orang  mengatakan tidak ada pengaruh jumlah partai terhadap keterpilihan kandidat yang diusung. Mengapa?, karena semakin banyak partai semakin banyak permintaan  dan kandidat pusing memenuhi permintaan partai.   

Dalam bahasa gaulnya, partai banyak cincong. Karena pusing memenuhi permintaan partai,  pasangan calon biasanya meninggalkan partai dan fokus kepada relawan. Akibatnya, partai yang memeberikan  rekomendasi diam-diam mengalahkan yang direkomendasikan?. Hal ini bisa terjadi, bukan?.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline