Tahun 1997 saya lulus sarjana dan langsung membuka usaha. Usaha kami ketika itu adalah budidaya perikanan dan peternakan ayam. Kami menggunkan teknologi kolong ayam (longyam).
Longyam itu adalah di atas kolam ada kandang ayam. Krisis ekonomi tahun 1998 membuat kami kelimpungan karena harga pakan ayam naik sekitar 300 % dan harga daging naik sekitar 20-50%.
Selisih harga pakan dengan harga daging tidak seimbang, sehingga kami rugi total. Sisa pakan yang jatuh dari kandang ayam diharapkan dimakan ikan dan kotoran ayam untuk menyuburkan air untuk pertumbuhan makanan alami untuk ikan atau dikenal dengan plankton. Plankton terdiri dari zooplankton dan phytoplankton.
Sebagai pemuda ketika itu rasanya sangat sedih, pilihan menjadi berwiraswasta (enterprenership) ketika itu adalah pilihan berani karena tidak keren di kaalngan muda ketika itu.
Apalagi berwiraswasta dengan pilihan berlumpur. Teman-teman kuliah memilih bekerja di perusahaan atau masuk Pegawai Negeri Sipil (PNS) kelihatan mentereng di mata kawan-kawan ketika itu.
Kalau kami ketika itu memang betul-betul mengkuatirkan. Pilihan berwiraswasta yang berlumpur dan bangkrut pula. Hanya orang "beriman" yang mau jadi pacar kita dalam kondisi itu. Ketika itu rasanya runyam sekali.
Sebelum krisis ekonomi tahun 1998 saya mengajar siswa ke rumah-rumah karena saya senang mengajar matematika, Fisika dan Kimia. Saya mengajar matematika dan Fisika untuk SMP dan SMA dan Kimia untuk anak SMA.
Siang sampai sore berlumpur beternak ikan dan ayam, malamnya mengajar hampir tiap malam kecuali malam minggu. Sore hari juga mengajar sesuai jadwal.
Ada juga sekolah pendeta yang meminta saya mengajar bertani. Tujuannya agar pendeta di desa mampu beternak ikan dan beternak ayam, bebek dan lain sebagainya.
Selain mengajar, saya juga koresponden surat kabar di Pekanbaru yang berpusat di kota Medan. Banyak berita yang saya kirim tapi tidak pernah dikasih honor.