Lihat ke Halaman Asli

Gurgur Manurung

TERVERIFIKASI

Lahir di Desa Nalela, sekolah di Toba, kuliah di Bumi Lancang Kuning, Bogor dan Jakarta

Fresh Graduate di Era Covid-19, Paling Kreatif atau Pengangguran?

Diperbarui: 5 Juli 2020   21:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: dream.co.id

Tahun 1997 saya lulus sarjana dan langsung membuka usaha. Usaha kami ketika itu adalah  budidaya perikanan dan peternakan ayam. Kami menggunkan teknologi kolong ayam (longyam).  

Longyam  itu adalah di atas  kolam ada kandang ayam. Krisis ekonomi tahun 1998  membuat kami kelimpungan karena harga pakan ayam naik sekitar 300 % dan harga daging  naik sekitar 20-50%. 

Selisih harga pakan  dengan harga daging tidak seimbang, sehingga  kami rugi total.  Sisa pakan yang jatuh dari kandang ayam diharapkan dimakan ikan dan kotoran ayam untuk menyuburkan air untuk  pertumbuhan makanan alami untuk  ikan atau dikenal dengan plankton. Plankton terdiri dari zooplankton dan phytoplankton.

Sebagai pemuda ketika itu rasanya sangat sedih, pilihan menjadi  berwiraswasta (enterprenership)  ketika itu adalah pilihan berani karena tidak keren di kaalngan muda ketika itu. 

Apalagi berwiraswasta  dengan pilihan berlumpur. Teman-teman kuliah memilih bekerja di perusahaan atau masuk Pegawai Negeri Sipil (PNS) kelihatan mentereng di mata kawan-kawan ketika itu. 

Kalau kami ketika itu memang betul-betul mengkuatirkan. Pilihan berwiraswasta yang  berlumpur  dan bangkrut pula. Hanya orang "beriman" yang mau jadi pacar kita dalam kondisi itu. Ketika itu rasanya runyam sekali.

Sebelum krisis ekonomi tahun 1998 saya mengajar siswa ke rumah-rumah karena saya senang mengajar matematika, Fisika dan Kimia. Saya mengajar matematika dan Fisika untuk SMP dan SMA dan Kimia untuk anak SMA. 

Siang sampai sore berlumpur beternak ikan dan ayam,  malamnya mengajar hampir tiap malam kecuali  malam minggu. Sore hari juga  mengajar  sesuai jadwal.  

Ada juga sekolah pendeta yang meminta saya mengajar bertani. Tujuannya agar pendeta di desa mampu  beternak ikan dan beternak ayam, bebek dan lain sebagainya.

Selain mengajar, saya juga   koresponden surat kabar  di Pekanbaru  yang berpusat  di kota  Medan. Banyak berita yang saya kirim tapi tidak pernah dikasih honor. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline