Lihat ke Halaman Asli

Gurgur Manurung

TERVERIFIKASI

Lahir di Desa Nalela, sekolah di Toba, kuliah di Bumi Lancang Kuning, Bogor dan Jakarta

Hubungan Intim sebagai Akumulasi Total Oriented Love

Diperbarui: 14 Juni 2020   04:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Banyak latar belakang seseorang menyukai atau mencintai lawan jenisnya. Seorang pria suka wanita karena hidungnya mancung, keibuan, rambutnya panjang, bibirnya seksi, tinggi, kulitnya mulus, betisnya cantik dan lain sebaginya. 

Pertanyaanya adalah jika bagian dari tubuh wanita seperti rambutnya dipotong atau mengalami kerontokan, atau betisnya terluka atau mengalami kecelakaan masihkah pria mencintainya?. Lalu, sesungguhnya bagaimana mencintai lawan jenis yang menjadi pasangan kita  secara benar sehingga kebutuhan lahir dan batin dapat terpelihara?

Hubungan seks dengan pasangan banyak diperbincangkan orang. Ada yang mengatakan hubungan seks mengganggu keharmonisan keluarga. Apakah hubungan seks yang mengganggu keharmonisan keluarga atau keharmonisan yang mengganggu hubungan seks?. Jawaban pertanyaan ini yang menjadi kunci persoalan.

Jika hubungan seks didefenisikan sebagai hubungan komunikasi batin yang intim maka jawabannya adalah karena keharmonisan yang terganggu maka hubungan seks terganggu. Sebagai contoh, mengapa ketika anak kita lahir dan istri kita lelah menyusui anak dan mengurus anak mengapa laki-laki bisa bertahan tanpa seks?. Itu artinya, laki-laki mampu  bertahan tanpa hubungan seks karena cinta istri dan anak, bukan?.

Laki-laki yang meninggalkan istrinya beberapa waktu karena pekerjaan, urusan keluarga dan urusan lain mampu berbincang-bincang dengan istri sebelum berhubungan seks. Mereka memperbincangkan apa yang terjadi selama mereka berpisah dan perkembangan anak --anak selama ditinggal dan komunikasi yang intim  kemudian menimbulkan hasrat seksual suami istri.

Persepsi atau konsep hubungan seks sangat mempengaruhi hubungan seks. Karena itu kita harus sepakati dulu bahwa harmoni keluarga yang mempengaruhi seks, bukan seks yang mempengaruhi keluarga. 

Seorang laki-laki hasrat seksualnya akan terus membara  jika hubungan komunikasi dengan istrinya berjalan dengan baik. Dalam rangka komunikasi itulah dibutuhkan rekreasi yang kreatif. Romantisme dibutuhkan karena romantisme mempengaruhi hasrat seksual. Romantisme adalah sebuah cara berkomunikasi.

Dalam kenyataan memang ada kesulitan-kesulitan bagi suami istri dalam berkomunikasi. Karena kemampuan berkomunikasi dipengaruhi oleh paradigm berpikir dalam melihat berbagai persoalan hidup. Misalnya, cara mendidik anak dapat menimbulkan konflik karena memiliki paradigma yang berbeda. 

Sikap terhadap uang akan mempengaruhi komunikasi suami istri. Jika suami boros membantu orang sementara istri  pelit, maka perbedaan itu dapat menimbulkan konflik. Sebaliknya, jika suami  senang membantu orang dan istrinya bangga dengan kemurahan hati suami secara otomatis akan menimbulkan kedekatan batin suami istri. Kebanggan istri kepada suami karena kemurahan hati akan menimbulkan hasrat seksual.

Hasrat seksual suami istri tidak dapat terlepas dari komunikasi. Komunikasi sangat dipengaruhi oleh paradigm dan nilai-nilai hidup. Karena itu, sejatinya paradigma berpikir dan nilai hidup harus didiskusikan. Ketika diskusinya menarik  dapat menimbulkan hasrat seksual.

Lagi-lagi terbukti bahwa keharmonisanlah mempengaruhi seks. Kebanggaan akan nilai yang sama, paradigma yang sama akan menghasilkan komunikasi yang intim. Komunikasi yang intim akan menghasilkan hasrat seksual yang dahsyat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline