Lihat ke Halaman Asli

Dari Jalan Umum Menuju Podium

Diperbarui: 18 Desember 2024   15:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosok Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Rio merupakan seorang pembalap profesional di lintasan road race dengan motor Yamaha Aerox merahnya. Karirnya di lintasan road race terbilang gemilang. Bagaimana tidak dalam satu musim balap Rio dapat menyabet hampir semua podum di setiap serinya.  Belakangan ini Rio sedang fokus di D-Event Sentul International Karting. Rio mengikuti beberapa kelas seperti braket yang dalam satu kelas bersaing dengan beberapa jenis motor, maxi 180 dimana ia bertarung melawan matic sekelasnya seperti Nmax, Lexi dan sesama Aerox hingga matic FFA (free for all) yang regulasinya memperbolehkan modifikasi sepeda motor pacuannya di segala sektor tanpa adanya ketentuan yang membatasi. Namun sayangnya di beberapa event terakhir Rio mengalami beberapa masalah pada tungganganya sehingga ia tidak bisa melanjutkan balapan dan akhirnya DNF (did not finish) "Yaa namanya juga balap, kalah menang biasa, sikut sikutan, jatuh, motor jebol juga biasa ajaa padahal nyesek haha" ujarnya bergurau.

Belakangan ini Rio memang sedang riset untuk pengembangan mesin Yamaha Aeroxnya "Kemarin coba modif kruk as (crankshaft) langkahnya dinaikin dua mili sama dikasih bandul kuningan tiga biji biar keluar tikungan bisa lebih gesit" jelasnya terkait riset yang dia lakukan "udah gitu otomatis noken as (camshaft) diracik ulang durasinya" tambahnya. Sejak pertama membangun motornya untuk terjun di lintasan road race, Rio mempercayakan bengkel milik kakak sepupunya Dimas, Dims Project. Dims Project merupakan bengkel rumahan yang terletak di daerah halim, Jakarta Timur. Dalam pengembangan motor balap garapan Dims Project, mereka juga bekerja sama dengan Z3 garage yang letaknya tak jauh dari bengkel milik dimas tersebut. Selain karena milik kakak sepupunya yang tentunya dapat dipercayai Rio, Dims project juga baru belajar membangun motor balap sehingga Rio justru ingin banyak belajar bersama dan berkembang bersama, Rio memang tipikal orang yang menikmati proses. "Awal bangun ya emang ga langsung bisa kompetitif, dulu ikut kelas std (standar pabrikan, hanya boleh mengoprek CVT dan knalpot) dulu, terus naik ke 150 TU (tune up, boleh mengubah bagian head namun volume ruang bakar tetap sama)" jelasnya mengenai awal terbangunnya Yamaha Aerox merah ini untuk penggunaan balap.

"Sebenernya dulu awalnya iseng gara gara jaman jaman sunmori, kebut kebutan dijalan pake knalpot berisik. Sampe akhirnya ada yang ngajakin track day di sentul" Rio menceritakan bahwa sebelumnya memang tidak terfikir untuk menyeriusi dunia balap motor. Dari hobi otomotifnya yang memang menurun dari ayahnya, Rio justru dipertemukan dengan dunia balap. Sebelumnya Rio memang senang mengamati dunia pacu roda dua ini "Daripada ga jelas di jalan mending bablas aja seriusin balap" ujarnya. Mulanya Rio dibelikan satu unit motor matic 150cc ini untuk keperluannya sekolah di sebuah SMA yang terletak lumayan jauh dari rumahnya "waktu itu karena ngga ada yang nganter jadi dibeliin motor, udah gede juga kan SMA". Yamaha Aerox ini awalnya berwarna putih dari pabrikan "Terus kena racun repaint velg merah sama ganti knalpot racing" cerita Rio tentang sejarah motornya. Orang yang pertama kali membawanya ke dunia balap adalah Zahran, teman SD Rio yang memang fokus di dunia balap motor sejak SMA dan sudah tergabung di sebuah tim balap yang lumayan besar namanya. Zahran yang mengajak Rio track day di Sentul International Karting Circuit karena memang Zahran juga ada jadwal latihan hari itu. Dari situlah Rio akhirnya memutuskan untuk mulai fokus membangun karir di dunia balap motor. Yamaha Aerox harian itu akhirnya disulap menjadi motor khusus untuk adu kecepatan di sirkuit. Regulasi balap motor menetapkan bahwa motor balap tidak moleh memakai lampu depan. Motor yang awalnya berwarna putih juga dicatnya menjadi warna merah muda "biar lucu aja, waktu itu juga bang Dimas belum ada nama bengkel jadi kita namain unyu unyu racing team" ujarnya.

Di awal karirnya Rio lumayan berjuang hanya untuk sekedar mengimbangi tempo main pembalap lain di kelasnya. Rio merasa dirinya bukan apa apa dibanding pembalap lainnya, bahkan tak jarang Rio mengalami crash saat race. Terjun ke dunia balap profesional memang menguji mental Rio. Turun ke sirkuit bersama pembalap lain ternyata tidak semudah yang Rio bayangkan, membutuhkan ketangguhan fisik dan mental untuk bisa mengimbangi pembalap lainnya. "Awal mah jatoh jatohan, sikut sikutan, motor ngga ada larinya sampe mikir apa udahan aja ya" ceritanya sambil tertawa tipis mengenang perjuangannya di masa awal karirnya. Namun seiring berjalannya waktu, jam terbang Rio dan tim balapnya semakin mumpuni, mental Rio mulai terbentuk dan skillnya mulai semakin terasah. Dominasi Rio mulai terlihat di tahun kedua saat ia masuk ke kelas 150 TU.gaya balapnya semakin agresif meskipun tubuhnya tergolong Big Size. Motornya pun semakin bersaing di kelasnya. Rio mulai sering memborong piala di setiap event, kuda pacunya mulai kompetitif dan ia mulai dilirik pembalap lain sebagai kompetitor baru di perebutan podium.

Untuk menjadi kompetitif, Rio dam motornya mengalami proses yang tidak mudah. Ia pernah diprogramkan latihan yang targetnya adalah jatuh "pernah ada pelatih balap gua yang dalam setengah hari sesi latihan cuma nyuruh jatuh, katanya biar bisa ngerasain motor dan biar gua tau batesan gua semana" begitu cerita pengalaman uniknya untuk menjadi pembalap pro. "Noken as juga abis se-ember ember tuh nyari racikan pas nya buat karakter sirkuit sama karakter gua bawa motornya" tambahnya lagi. Selain sektor mekanikal mesin, Rio juga bercerita mengenai rumitnya penyetelan elektronik dan suspensi motor pacuannya. Bagaimana tidak, Sentul merupakan wilayah Kabupaten Bogor di kaki gunung yang cuacanya berubah ubah tentu saja untuk menyesuaikan hal tersebut perlu adanya mapping debit bahan bakar di bagian electronic controling unit (ECU) untuk menghasilkan pembakaran yang sempurna. Selain setting ECU, setting suspensi juga ternyata memerlukan proses yang sangat panjang untuk menyesuaikan antara karakter sirkuit, tenaga motor dan riding style serta bobot pembalapnya. "itu nemu setiingan shockbreaker setahun baru dapet, belom lagi kalo ganti spek mesin harus setting ulang rebound shock belakang juga" tutur Rio ketika menjelaskan rumitnya setting suspensi.

Kini rio sudah berada di kelas atas di dunia balap motor nasional. "Sekarang udah masuk kelas neraka nih bikin motor FFA, rencana sih mau riset lagi dari nol kita bangun mesinnya. Ngejar matic kecil berat juga ternyata gesit banget" ujar Rio mengenai posisinya sekarang di dunia balap. Rio dan tim memang tidak mudah puas dengan pencapaian yang telah diraih, inilah yang membuat mereka kompetitif di kejuaraan. Bengkel rumahan kecil dan pembalap yang juga masih sambil kuliah itu bisa bersaing melawah tim balap besar yang didukung sponsor sponsor ternama. Selanjutnya Rio juga berencana akan mencoba mulai membangun motor drag "Buat liaran dulu aja, nanti nyari joki bukan gua yang bawa, kalo ada cintanya nanti kita turun ke IDW (indonesia drag war)" tuturnya penuh harap. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline