Lihat ke Halaman Asli

AC Inverter, Apa Hebatnya?

Diperbarui: 25 Juni 2015   02:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Saya yakin sebagian besar pembaca pernah membaca, berencana membeli atau bahkan sudah memasangnya di rumah. Bagi yang sudah menggunakannyadi rumah, apakah pembaca merasakan apa yang saya tulis berikut ini? Sedangkan bagi yang berencana membeli, mungkin perlu membaca lebih lanjut.

Saya rasa sebagian besar orang sudah mulai concern dengan besarnya pemakaian listrik di rumah, mengingat biaya listrik yang tidak pernah mau turun, maunya naikk terus.

Mengantisipasi kepedulian masyarakat akan semakin beratnya beban penggunaan listrik ini, maka pabrikan AC pun berlomba-lomba memproduksi AC jenis Converter yang katanya hemat energy ini.

Saya yang sok ngerti teknologi ini juga tertarik dengan iklan2 AC Inverter ini hingga suatu ketika saya perlu membeli beberapa AC baru untuk keperluan di rumah. Sayapun mulai hunting berbagai macam type AC yang ada di pasaran, dan setelah menimbang-nimbang akhirnya saya putuskan menggunakan AC Inverter karena katanya sangat irit listrik.

AC Inverter, katanya, berbeda dengan AC Conventional. AC Inverter, seperti istilahnya, menggunakan tambahan Inverter yang bertugas mengatur kecepatan motor dari kompresor untuk menghasilkan suhu yang diinginkan. Jika thermostat mendeteksi suhu ruang lebih panas dari yg kita inginkan, maka compressor akan diatur berputar lebih kuat untuk mengalirkan Freon sehingga didapatkan udara lebih dingin, alias meningkatkan penggunaan listrik. Sebaliknya, jika suhu ruang lebih dingin dari yang diinginkan, maka compressor akan diatur supaya berputar lebih lemah sehingga udara dingin yang disemprotkan AC berkurang, dan demikian pula penggunaan listrik akan berkurang.

Sebaliknya, AC konvensional hanya punya dua kemungkinan, mati atau hidup, jika udara ruang lebih panas dari yang diinginkan, maka compressor hidup, sedang jika lebih dingin, compressor mati.

Demikian kira2 beda AC Inverter dibandingkan AC konvensional.

Nah keinginan mengurangi penggunaan listrik ini, yang tentu saja berdampak dengan tagihan listrik, ditambah dengan gencarnya iklan mengenai AC Inverter ini menyebabkan saya mata gelap, dan memutuskan untuk menggunakan AC Inverter untuk rumah saya.

Namun apa yang terjadi benar2 tidak sesuai dengan apa yang saya harapkan, padahal AC yang saya pakai adalah produksi salah satu produsen AC terbaik dan termahal di negeri ini.

Beberapa hal yang tidak saya duga:

1.Harga AC Inverter lebih mahal daripada AC Konvensional. Namun tentu saja hal ini bisa dimaklumi karena diharapkan bisa menghemat listrik dalam jangka panjang.

2.AC ini membutuhkan pipa khusus, yang lebih tebal dari pipa AC Konvensional. Ini perlu menjadi perhatian, karena hal ini sempat membawa masalah di rumah saya yang sudah tertanam pipa AC Konvensional, sehingga akibatnya saya harus membongkar pipa lama dan menggantinya dengan pipa baru. Alasan yang dikemukakan penjual adalah karena Freon yang digunakan AC Inverter lebih bersifat korosif dibandingkan AC Konvensional, sehingga jika menggunakan pipa AC Konvensional mereka tidak menjamin dalam jangka waktu lama tidak bolong.

3.Harga Freon R410A yang digunakan pada AC Inverter lebih mahal daripada AC Konvensional, sehingga jangan kaget jika biaya mengisi atau menambah Freonnya jadi lebih mahal.

4.Proses pendinginan AC Inverter lebih lama daripada AC Konvensional. Ini benar2 diluar dugaan saya, sehingga untuk menikmati dingin yang sama dengan AC Konvensional kita perlu menghidupkan AC Inverter lebih lama.

5.Terakhir, dan ini yang sama sekali diluar dugaan saya, tingkat kedinginan AC Inverter bisa saya katakan kalau jauh dibandingkan dengan AC Konvensional. Untuk memperoleh kedinginan yg sama selain memerlukan waktu lebih lama, juga saya perlu men’set’ temperature lebih rendah dibandingkan AC Konvensional. Misalnya pada AC Konvensional saya menset temperature 22 derajat Celcius, pada AC Inverter saya harus menset di 16 derajat Celcius. Selisih setting ini, menurut logika saya pada akhirnya mengakibatkan listrik yang digunakan kemungkinan tidak jauh berbeda antara AC Inverter dibandingkan AC Konvensional.

Semua hal diatas itu sama sekali tidak pernah saya duga sebelumnya dan yang lebih parah lagi semua hal itu sudah dijelaskan oleh penjualnya ke saya ketika saya membeli AC2 ini. Namun karena ketika itu pikiran saya sudah dipenuhi oleh kehebatan AC Inverter ini, ditambah pula kecurigaan saya di penjual ingin supaya AC lamanya laku, maka saya tidak mendengarkan ocehan si penjual.

Sekarang sebagai akibatnya saya terpaksa harus mengganti AC2 Inverter saya dengan AC Konvensional, padahal baru saya gunakan sekitar 6 bulan L.

Saya tidak tahu apakah pembaca juga mengalami hal yang sama, namun saya rasa jumlah AC Inverter yang saya pasang cukup memadai bagi saya untuk mengambil kesimpulan ini.

Mudah2an melalui sharing saya ini, pembaca lebih teliti menanyakan plus minus AC Converter ini ke penjualnya sebelum menentukan pilihan. Siapa tahu saya yang salah.

Monggo masukannya apakah ada yang merasakan hal yang sama? Atau saya yang salah mengambil kesimpulan?

Salam,

Guntur Gozali

Visits my blogs: http://www.gunturgozali.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline