Lihat ke Halaman Asli

Sekali Lagi, Mengapa Harus Menulis?

Diperbarui: 17 Juni 2015   07:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lebih dua tahun lalu saat saya awal ikut kompasiana mengikuti berbagai macam kegiatan workshop menulis. Salah satu kegiatan yang saya ikuti adalah Workshop yang diadakan oleh koran lokal di Solo yaitu Solopos.
Kebetulan yang ngisi acara tersebut salah satunya adalah blogger kompasiana juga yaitu mas Johan Wahyudi tepatnya pak guru Johan Wahyudi. Dari awal inilah saya kemudian mengenal kompasiana dan akhirnya ikut bergabung didalamnya.
Walaupun sebelumnya saya sering pula menulis berbagai artikel untuk surat kabar lokal semacam Solopos, Joglosemar ataupun Suara Merdeka. Nampaknya tawaran untuk bergabung ke kompasiana adalah laku sejarah belajarku menulis.
Kembali ke mata rantai kegiatan workshop Solopos di atas. Kebetulana acara workshop ini diadakan untuk para guru sehingga diacara itu saya bertemu banyak guru yang gemar menulis dengan genre masing-masing. Ada yang suka novel, cerpen atau artikel-artikel sederhana bahkan banyak dari mereka yang sudah menerbitkan buku. Sungguh sebuah karya yang hebat menurut saya.
Satu yang selalu saya ingat pula ada seorang pemateri dalam Workshop tersebut yaitu pak Rum (Rumongso) seorang guru di SD Djami'atul Ikhwan dimana beliau ini rajin pula menulis di surat kabar lokal maupun nasional sebelum memulai memaparkan materinya mengutip kata-kata bijak dari penulis besar Islam yaitu Al Ghazali penulis kitab Ihya Ulumuddin. Kata-kata bijak itu kurang lebih demikian "Kalau kamu bukan anak raja dan engkau bukan anak ulama besar, maka jadilah penulis".
Sebuah kata yang teramat dalam untuk dipahami kita sebagai seorang yang bukan apa-apa dan bukan siapa-siapa. Menulis adalah prasasti yang tak ternilai. Maka orang terdahulu yang hidup zaman pra sejarah sekalipun telah memikirkan begitu kuatnya pengaruh tulisan terhadap kajian sejarah.
Peradaban manusia dapat dipahami karena mereka membuat prasasti. Maka dengan prasasti itu kita yang hidup dijaman modern mengetahui apa yang dilakukan nenek moyang kita zaman dahulu.
Saya kemudian ingat apa yang pernah disampaikan oleh Pramoedya Ananta Toer dengan mengatakan "orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah".
Itulah sekelumit alasan mengapa saya berusaha untuk menuangkan tulisan-tulisan. Menulis adalah proses belajar dan berinteraksi dengan ilmu. Dengan menulis seseorang berdialog dengan masa lampau, masa sekaran dan masa yang akan datang.
Dialog semacam ini hanya dimiliki seorang penulis. Kadang kita menulis butuh pula penghargaan walau sekedar titel TA atau HL di kompasiana #eh. Hal seperti itu seperti mendapatkan uang segepok ratusan ribu.
Jadi jika kita memiliki ide tulislah karena tulisan itu akan lebih dihargai bernilai tinggi seperti Kartini yang menulis surat terhadap teman-temannya. Selamat menulis!!!




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline