Lihat ke Halaman Asli

Menentukan Pemimpin Berkarakter

Diperbarui: 24 Juni 2015   00:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Gelaran pemilihan umum (pemilu) 9 April 2014 mendatang tinggal menunggu hitungan hari lagi. Spanduk, baliho dan alat kampanye telah kita baca bersama-sama.Bahkan jauh hari sebelum waktu kampaye alat peraga kampanye sudah penuh sesak dipinggir jalan. Bahkan saat ini setelah memasuki masa kampanye, kemeriahannya bisa kita lihat setiap hari. Permintaan dukungan telah dilancarkan sedimikian rupa untuk menjadi duduk sebagai anggota dewan.

Kemeriahan kampanye sebenarnya agak mengganggu para pengguna jalan dengan model yang dari dulu sampai sekarang tidak ada inovasi. Peserta kampanye mencoba meraih simpati dengan konvoi serta mennggunakan kendaraan bermotor bersuara keras.

Ajang kampanye adalah kesempatan para caleg dan juru kampanye mengumbar janji politik. Walaupun kadang banyak dari masyarakat dilupakan dengan janji politik yang disampaikan. Maka banyak sebagian dari masyarakat enggan mengikuti kampanye karena dianggap hanya menghabiskan waktu. Bahkan ruang publik hampir “kurang” membicarakan bagaimana pemilu ini akan berlangsung dan siapa yang akan mereka pilih menjadi wakil lima tahun mendatang.

Permasalahan selanjutnya adalah masyarakat menjadi apatis dengan penyelenggaraan pesta demokrasi ini. Sehingga mereka tidak menaruh harapan apapun terhadap para caleg mendatang.

Pemilu kali ini pun santer pula terdengar dengan isu tentang pengerahan masa oleh para caleg dan kepala daerah. Kepala daerah diduga melakukan pengerahan masa dengan memanfaatkan kekuasaannya.

Rakyat sebenarnya telah mengalami sebuah proses pencerahan politik kalaupun tidak bisa dikatakan apatisme politik. Pemilihan anggota legislatif dianggap tidak memberi pengaruh apa-apa berkenaan dengan kesejahteraan mereka.

Tidak lain hal ini karena pelajaran masa lalu yang telah diperoleh rakyat pasca pemilu yang cenderung dilupakan. Rakyat sudah merasa jenuh dengan janji-janji politik disetiap kampanye. Efeknya adalah mereka apatis. Maraknya kasus korupsi oleh para anggota legislatif memberikan penilaian tersendiri bagi rakyat jika saatnya tiba mereka tak akan pernah mempedulikan rakyat.

Pemimpin Berkarakter

Berkaca dari hal itu Albert Einstein pernah menulis jika kebanyakan orang mengatakanintelektualitaslah yang membuatseorang ilmuwan  hebat. Mereka salah,yang membuatnya hebat adalah karakter. Hal ini senada dengan ungkapan Jenderal H. Norman Schwarzkopf yang pernah mengatakan, "Kepemimpinan adalahkombinasi yang sangat kuat daristrategi dan karakter. Namun jikaharus memilih salah satunya, pilihlahkarakter."



Karakter dan kredibilitas selalu berjalan bersama. Kepemimpinan tanpakredibilitas cepat atau lambat akanhancur.Lihat saja kepemimpinan yang diguncang oleh skandal korupsi, sex atau hak asasi manusia, seperti yang terjadi pada mantan presiden Amerika, Richard Nixon, Bill Clinton atau para petinggi perusahaan Enron yang memanipulasi data keuangannya.



Tidak jauh-jauh jika negeri ini telah mengalami hal-hal yang tidak jauh berbeda dengan gambaran-gambaran pemimpin di atas. Seperti yang paling hangat diperbincangkan adalah kasus korupsi yang melanda para petinggi partai. Belum lagi para anggota legislatif yang tersandung banyak kasus tidak hanya masalah korupsi tetapi masalah sosial lainnya. Nampaknya karakter pemimpin kita mengalami kegagalan.



Karakter membuat kita dipercaya danrasa percaya membuat kita bisamemimpin. Seorang pemimpin tidak pernah membuat komitmen kecuali ia melaksanakannya dan ia benar-benar melakukan segalanya untuk menunjukan integritas, sekalipun hal itu tidak nyaman baginya. Seorang pemimpin berkarakter yang kuat akan dipercayai banyak orang. Mereka mempercayai kemampuan pemimpin tersebut untuk mengeluarkan kemampuan mereka yang tertahan.



Jika seorang pemimpin tidak memiliki karakter yang kuat, ia tidak mendapatkan respek dari konstituennya. Respek diperlukan bagi sebuah kepemimpinan yang bertahan lama. Seorang pemimpin memperoleh respek dengan mengambil keputusan yang berani dan mengakui  kesalahannya.



Seorang pemimpin juga lebih mendahulukan kepentingan terbaik masayarakat yang dipimpin dibandingkan kepentingan pribadi atau partainya. Kepercayaan adalah dasarkepemimpinan. Rusak kepercayaan,berakhir pulalah sebuah kepemimpinan.



Karakter dan kepemimpinan menjadi isu paling menarik untuk dibawa ke level arus bawah. Karakter seorang pemimpin yang berwibawa akan mengalahkan segala bentuk politik yang “abnormal”. Politik kapitalisasi yang lama berjalan lambat laun telah luntur bersamaan dengan kesadaran politik masyarakat. Hal inilah yang ternyata tidak bisa dimengerti atau dipahami para calon pemimpin.



Para calon pemimpin dan para kader pemimpin yang penuh dengan keserakahan menganggap jika kapital menjadi sanjata ampuh dalam pemenangan pemilihan. Hendaknya para calon pemimpin juga perlu merenung dan menyadarkan dirinya jika kepemimpinan yang akan diembannya adalah semata-mata proses pelayanan tulus kepada masyarakat.

Sangatlah sederhana apa yang dibutuhkan masyarakat saat ini. Namun tidak sedikit dari para pemimpin mengalami ketidakmengertian atau pura-pura tidak mengerti.

9 April 2014 mendatang adalah titik balik bangsa indonesia untuk menentukan pilihan. Tentu harapannya adalah bukan asal pilih atau jangan salah memilih. Pemilu kali ini merupakan bagian proses demokrasi yang dimulai dari awal demi keberlangsungan menuju indonesia yang berkeadilan sosial.

Para calon pemimpin dan masyarakat akan mengalami proses pembelajaran untuk kesekian kalinya tentang makna demokrasi. Iklim sejuk yang selama ini tercipta tentu tidak ingin rusak karena banyaknya konflik kepentingan. Semua elemen masyarakat serta stakeholder pemerintahan dari tingkat bawah sampai pemerintah pusat hendaknya mampu mengendalikan diri untuk bangsa agar mampu bersaing ditengah kompetisi global.

Konsekuensi logis dari pemimpin sekarang adalah menyejahterakan rakyatnya. Rakyat pun sebagai subyek demokrasi memberi andil paling besar mau dibawa kemana bangsa kedepan.

Rakyat sedikitpun tidak boleh terpengaruh oleh politik lama tentang adu domba dan pecah belah ala kolonial Belanda atau bahkan dengan politik uang yang menyesatkan. Semua elemen masyarakat harus selalu berfikir positif menatap bangsa yang memiliki peran strategis pada tingkat nasional dan internasional.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline