Lihat ke Halaman Asli

Kado Buram Hari Pendidikan Nasional

Diperbarui: 23 Juni 2015   22:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Tanggal 2 Mei memiliki arti penting bagi dunia pendidikan kita, dimana tanggal 2 Mei adalah hari kelahiran tokoh pendidikan Ki Hajar Dewantara (KHD) dan dijadikan sebagai peringatan Hari Pendidikan Nasional. Sebagai pelopor pendidikan, KHD melakukan sebuah gerakan yang telah membuka cakrawala baru tentang kemerdekaan Indonesia saat itu, selain gerakan para pemuda dengan memikul senjata. Melalui lembaga Taman Siswa KHD melakukan gerakan memperjuangkan akan pentingnya pendidikan bagi semua rakyat Indonesia tanpa kecuali.

Sebuah cita-cita dan perjuangan yang luar biasa dicontohkan oleh KHD kepada para generasi penerus bangsa. Kalimat Ki Hajar Dewantara yang terkenal dalam bahasa Jawa adalahIng ngarso sung tulodo, Ing madyo mangun karso, dan Tut wuri handayani. Kalimat itu berarti di depan memberi teladan, di tengah memberi bimbingan, dan di belakang memberi dorongan.

Hal ini menjadi bukti bahwa pendidikan dalam hal ini sekolah merupakan tempat penting dalam rangka membebaskan bangsa dari cengkraman kolonialisme akibat dari kebodohan. Melalui pendidikan diharapkan bangsa Indonesia menjadi lebih cerdas dan tidak lagi bisa dibodohi.

Walaupun hidup dari kalangan bangsawan, KHD benar-benar berbuat untuk kepentingan rakyat banyak. Maka disinilah letak sebenarnya bagaimana para pahlawan bangsa ini telah jelas memberikan andil tanpa pamrih demi kemajuan bangsa.

Namun, keadaan sekarang dunia pendidikan kita justru sebaliknya. Pendidikan kita dianggap jalan ditempat bahkan dirasakan telah berjalan mundur kalau tidak mau dibilang terpuruk. Kritik demi kritik ternyata tidak mampu mengubah proses jalannya pendidikan lebih baik. Justru dunia pendidikan kita hancur karena ulah bagian dari pelaku pendidikan itu sendiri.

Boboroknya dunia pendidikan kita sebenarnya telah lama kita rasakan, tetapi  kita justru berdiam diri dan membiarkannya serta menyaksikan dan ikut andil menghancurkannya. Jika para penggerak perjuangan masih hidup mereka akan menangis melihat fenomena kebobrokan dunia pendidikan kita.

Keruwetan Ujian Nasional (UN) setiap tahun terjadi dengan berbagai permasalahannya tak berkesudah. Kasus peodifilia di JIS, tewasnya taruna STIP, kisruh honorer K2, jual beli kunci jawaban UN serta kesejahteraan guru yang tidak merata menjadi buntut panjang jika dunia pendidikan terkebiri oleh kita sendiri.

UN yang sedianya menjadi tolak ukur keberhasilan proses belajar disekolah justru berkembang menjadi proyek besar yang seolah-olah tanpa manfaat. Apalagi indikasi banyak kecurangan yang telah diberitakan diberbagai media. Kepala sekolah dan guru sedianya sebagi teladan justru menjadi calo jual beli kunci jawaban.

Mereka tidak merasa percaya dengan apa yang mereka lakukan selama proses pendidikan disekolah. Saat UN tiba mereka menghalalkan segala cara agar siswanya lulus. Proses pendidikan karakter yang telah dicanangkan ternyata tidak berefek sedikitpun dengan apa yang telah dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Sebuah ironi bertolak belakang dari sebuah cita-cita pendidikan.

Cita-cita Kandas

Tuladha (teladan) yang diharapkan KHD tidak pernah terjadi didunia pendidikan kita. Tidak ubahnya dunia pendidikan hanya dijadikan alat politik penguasa yang tidak berkesudahan. Padahal dunia pendidikan saat pertama kali digagas adalah alat melawan penjajahaan. Justru sekarang rakyat terjajah oleh dunia pendidikan.

Dana pendidikan yang cukup besar belum mampu memberikan efek positif bagi terciptanya pendidikan yang bermutu. Masalah sertifikasi guru dianggap hanya sebagai bagian bagi-bagi uang daripada meningkatkan kwalitas guru. Pertanyaan tentang profesionalisme guru bersertifikasi masih menjadi tanda tanya besar untuk dibuktikan bahwa guru bersertifikasi benar-benar guru yang berkwalitas.

Belum usai polemik kurikulum 2013, dunia pendidikan kita dihadapkan dengan “dibubarkannya” sekolah berstandar internasional. Apalagi saat ini, dunia pendidikan terasa semakin terpuruk dengan adanya kasus pencabulan siswa TK JIS. Institusi sekolah yang diharapkan sebagai tempat yang aman bagi siswa justru memberikan malapetaka.

Tidak berhenti hanya sampai disitu, TK JIS ternyata tidak memiliki ijin sebagai penyelenggawa pendidikan usia dini. Kenapa bisa seperti itu? Hal ini sebagai bukti jika proses pengawasan penyelenggaraan pendidikan kita sangat lemah. Pola kendali terhadap sekolah yang telah dilakukan dinas terkait sangat merugikan rakyat sendiri.

Kasus yang menimpa TK JIS belumlah selesai pada proses pengadilan, dunia pendidikan kita dihebohkan dengan tewasnya taruna STIP yang diduga dianiaya oleh seniornya sendiri. Kontan saja ini menjadi catatan buram dunia pendidikan kita yang semakin jauh dari cita-cita para pendiri bangsa.

Sikap-sikap yang jauh dari perilaku manusia terdidik telah dipertontonkan para pelaku pendidikan kita. Seolah-olah mereka tidak memiliki cita-cita besar untuk diraih demi tegaknya negara ini sebagai negara yang berdaulan dan cerdas. Kandas sudah dunia pendidikan kita saat satu persatu permasalahan terjadi akibat dari kecerobohan yang justru dibuat kita sendiri.

Belenggu pendidikan yang membelit dimana-mana hendaknya tidak boleh kita biarkan begitu saja. Semua elemen yang masih memiliki kesadaran lebih perlu melakukan sebuah gerakan baru untuk kemajuan pendidikan kita. Guru sebagai penggerak utama hendaknya memiliki langkah strategis demi anak didiknya bukannya menjerumuskan kejurang kebodohan.

Pemerintahpun harus mampu membuka ruang seluas-luasnya untuk rakyat mengenyam pendidikan, sehingga tidak ada lagi berita seorang anak tidak mampu sekolah. Kesejahteraan guru perlu menjadi pemikiran yang serius sehingga tidak ada lagi guru yang masih mendapatkan kesejahteraan dibawah standar. Masyarakat juga memiliki kewajiban untuk menciptakan kondisi lingkungan yang  aman bagi keberlangsungan belajar anak-anak mereka. Diatas pundak anak-anak kitalah bangsa ini akan diteruskan.

Tidak ada kata terlambat untuk memperbaiki semuanya. Semua elemen yang terlibat hendaknya mampu meletakkan kepentingan pribadi terlebih dahulu dalam melangkah memperbaiki dunia pendidikan kita.

Di hari pendidikan nasional 2014 ini dunia pendidikan kita harus mulai merakit kembali cita-cita yang dituliskan KHD sebagai proses langkah maju. Jangan biarkan dunia pendidikan kita terpuruk hanya karena ulah orang-orang yang memang sengaja menghancurkannya. Mulai saat ini jangan sampai ada kasus korupsi dana BOS, penyunatan dana BSM, korupsi pengadaan buku ajar, kekerasan, jual beli kunci jawaban dan seterusnya yang justru memperburuk citra pendidikan kita. Semoga!




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline