Lihat ke Halaman Asli

Elpiji Setengah Hati

Diperbarui: 18 Juni 2015   01:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

PT Pertamina (Persero) berencana menaikkan harga gas elpiji 12 kilogram (kg) agar tidak terus merugi. Masyarakat yang sebagian banyak tidak memakai elpiji12kg tidaklah begitu risau. Karena selama ini sudah merasa asyik dengan elpiji 3 kg karena harganya lebih murah.

Jika membeli elpiji12kg sektor rumah tangga mungkin terasa berat dikarenakan harganya cukup mahal. Lagipula kebutuhan penggunaannya juga tidak setiap saat. Oleh sebagian kalangan menengah khususunya sektor rumah tangga cara berfikirnya cukup sederhana jika ada yang murah mengapa harus beli yang mahal.

Apalagi seperti saya yang hidup dipedesaan ketersediaan elpiji12kg susah dicari diwarung-warung atau toko-toko terdekat. Hampir seluruh masyarakat dikampung saya, bisa dibilang 100% menggunakan elpiji 3 kg. Sebelum adanya elpiji 3 kg saya memakai kompor minyak. Pada saat itu minyak tanah masih cukup murah dan mudah didapat.

Setelah minyak tanah dirasa agak repot saya memutuskan membeli kompor gas beserta tabung gas 12 kg. Saya memakai kompor gas dengan tabung 12 kg lumayan lama. Kemudian ada bantuan pemerintah berupa kompor dan tabung gas 3 kg gratis. Saya diundang untuk mengambil jatah itu, karena saat itu saya pikir saya tidak dapat jatah. Pikir saya karena sudah memakai kompor gas jadi tidak akan mendapatkan.

Ternyata semua orang dikampung mendapatkan jatah pembagian kompor dan tabung gas 3 kg. Praktis setelah itu saya memakai gas 3 kg. Harganya saat ini cukup murah karena berkisar 16.000-18.000. Bahkan berbagai industri rotan dikampung sayapun sudah tidak memakai elpiji12kg dan beralih memakai elpiji 3 kg untuk proses finishing kerajinan. Kalaupun ada jumlahnya juga sangat sedikit dan hanya para pengrajin yang dibilang sudah besar.

Beberapa tempat warung makan maupun penjual makanan ditempat sayapun semua memakai elpiji 3 kg. Masyarakat secara umum hanya butuh ketersediaannya sehingga mudah didapatkan dan tentu saja murah. Praktis beberapa tempat diwarung-warung dekat rumah saya tidak ada yang menyediakan elpijinonsubsidi ini. Jika menyediakan elpijinonsubsidi siapa juga yang akan membelinya.

Jika harus membeli di SPBU atau agen-agen memerlukan waktu yang cukup lama karena jarak yang jauh. Praktis jika ibu-ibu yang belipun akan repot karena tabungnyapun sudah cukup berat. Banyak alasan mengapa banyak orang meninggalkan elpiji12kg. Faktor harga tentu masih menjadi faktor utama mengapa seseorang menggunakan elpiji 3 kg.

Maka Pertamina disaat akan menaikkan atau adanya penyesuian harga terhadap elpiji12kg bukan saja menghitung-hitung angka kerugian tetapi ketersediaan barang hendaknya juga dipikirkan. Mungkin jika hidup dikota orang masih mudah untuk mendapatkan elpijinonsubsidi ini.

Hitung-hitungan bagi orang desa seperti saya bukanlah menjadi perhatian serius. Namun, harga yang lebih murah pasti akan dicari. Jika para pedagang makanan saat ini sudah menaikkan harga karena bahan makananan yang mulai naik ditambah lagi dengan kenaikan harga elpijinonsubsidi mungkin mau tidak mau harus menaikkan lagi harga makannya.

Kebijakan pemakai elpiji perlu adanya evaluasi dan kontrol secara ketat, siapa yang harus memakai 12kg atau 3kg. Selain itu dampak yang akan timbul dari penyesuaian harga harusnya dipersiapkan. Apalagi proses kenaikan setiap 6 bulan sampai dengan 1 Juli 2016 diperkirakan harga elpijinonsubsidi  kekonsumen mencapai Rp. 180.000.

Kekhawatiran beralihnya para pengguna elpiji12kg ke elpiji 3 kg bisa jadi akan terjadi. Inilah dampak paling sederhana yang akan terjadi. Roda perekonomian masyarakat tetap berjalan tetapi Pertamina yang diprediksi akan mengalami kerugian jika tidak dinaikkan juga perlu dihindari.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline