Lihat ke Halaman Asli

Jangan Biarkan Anak Mengerjakan PR Sendiri

Diperbarui: 17 Juni 2015   19:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Orang tua sibuk dan anak sibuk, pagi sampai menjelang sore hari praktis rumah kosong. Para penghuni rumah semua sibuk dengan urusannya masing-masing. Praktis kegaduhan di rumah hanya di pagi hari saat orang-orang rumah akan memulai aktifitas.

Orang tua sibuk dengan pekerjaannya sedangkan anak-anak dengan sekolahnya. Jika tidak bekerja tentu anak-anak terbengkalai secara material. Tidak bisa sekolah karena sekolah dikota besar lumayan mahal sementara disisi lain keberadaan bersama anak hampir tidak ada.

Anak-anak sibuk karena beberapa orang tua menyekolahkan anak di full day school. Sekolah sehari penuh, mulai jam 7 pagi sampai dengan jam 4 atau jam 5 sore. Jika orang tua disela-sela jam kerja ada istilah meeting sehingga jam pulang menjadi molor. Begitu juga dengan anak disela-sela harus istirahat pulang sekolah masih saja disibukkan dengan les atau kegiatan lainnya disekolah semacam ektrakurikuler.

Hari libur, menjadi sangat istimewa tapi kadang masih saja para orang tua sibuk dengan kegiatan kampung. Kerja bakti atau gotong royong, ada arisan, pengajian dan seabrek kegiatan sosial.

Gubrak... Serasa pecah dunia. Semua menjadi asyik dengan dirinya sendiri. Lupa akan tanggung jawab sebenarnya dan lupa akan hak yang lain untuk dipenuhi. Anak-anak lupa siapa ayah dan ibunya bahkan lupa siapa nama kedua orang tua mereka.

Orang tua bahkan tak mengerti karakter anak dan apa kebutuhan mereka. Yang orang tua tahu adalah membelikan jajan, memerintah belajar, memerintah mandi, memerintah tidur. Anak disibukkan dengan kalimat perintah.

Apakah kecenderungan manusia modern dengan kesibukannya semacam ini bahkan memandikan anaknya atau menyuapi anak tidaklah sempat. Dengan alasan melatiha kedewasaan. Apalagi mengerjakan PR sekolah kebanyakan orang tua tidak mau atau tidak bisa karena alasan sudah diikutkan les. Betul banget itu... Karena tidak semua pelajaran sekolah anak bisa diselesaikan oleh orang tua maka butuh guru les.

Mengerjakan PR adalah kegiatan anak bersama orang tua. Cukup bagi orang tua menunggu atau mendengar keluh kesah anak. Anak curhat, bercerita maka orang tua menampungnya. Kalau perlu orang tua belajar kembali pelajaran anaknya.

Yang dibutuhkan hanya waktu untuk bersama. 5 menit atau 10 menit menjadi sangat berharga buat anak-anak. Mari kita budayakan membangun kebersamaan anak disaat mereka belajar karena waktu itu adalah waktu kita memberi perhatian dan berbagi. Janganlah kebersamaan kita bersama anak-anak hanya saat ulang tahun.

Jadikan rumah kita adalah surga buat anak-anak, dimana rumah adalah tempat yang sejuk dan damai serta diliputi kasih sayang.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline