Lihat ke Halaman Asli

Empati untuk Bang Haji Rhoma Irama

Diperbarui: 28 Maret 2017   02:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Setelah Ridho Rhoma tertangkap BNN terkait dengan kepemilikan narkoba, respons masyarakat begitu beragam. Ada yang iba, ada pula yang geleng kepala, yang jelas Rhoma Irama mendapat sasaran tembak dari kasus yang menimpa anaknya. Bang Haji yang biasa dikenal telah lama mengumandangkan perlawanan terhadap narkoba. Salah satunya melalui lagu yang berjudul Miransatika yang dibuat tahun 1997.

Sudah  jatuh  tertimpa tangga pepatah yang  sesuai untuk apa yang dialami bang Haji. Anak yang disayang tertangkap mengkonsumsi narkoba merupakan pukulan  yang begitu dahsyat bagi orang tua. Meskipun dalam merespon  hal tersebut ada begitu banyak ragam ekspresi. Termasuk ekspresi Rhoma saat merespons pertanyaan wartawan tentang berita anaknya ditangkap Polisi. Wartawan yang tanpa tedeng aling-aling langsung mengirimkan pukulan keras saat si orang tua masih tertekan mendapat berita tersebut. Dalam hal ini, wartawan seyogianya memahami kondisi psikis nara sumber, sehingga tidak membabi buta berusaha mendapatkan berita.

Respon  Rhoma yang tetap dengan tegar melaksanakan kewajibannya dalam konser pun menjadi penilaian sinis sebagian kecil masyarakat. Kemampuannya menahan emosi kadangkala diartikan secara negatif.  Berikut berbagai respon negatif media sosial pasca penangkapan Ridho Rhoma.

  • Sandiaga Uno Permalukan Rhoma Atas Kasus Penangkapan Ridho Rhoma.

Ini Ceramah Ridho Sebelum Ditangkap, Rhoma Kualat Terhadap Jokowi?

Ketika Tuhan Membuka Aib Para Penentang Ahok.

Ironi Lagu Mirasantika dan Kasus Narkoba Ridho Rhoma

Rasanya masyarakat media sosial sekarang sudah jauh dengan masyarakat Indonesia yang sesungguhnya. Entah karena mereka adalah buzzer yang menggunakan akun tuyul, atau tipikal membully melalui  media sosial dianggap sudah hal yang lumrah, atau ada yang mengekploitasi dalam kesusahan, bahkan tidak sungkan menjadikan kasus Rhoma menjadi alat kepentingan politiknya.

Kebiasaan mencibir dan merasa senang orang susah masih ada saja di kalangan masyarakat. Rasa hormat bagi sebagian orang telah  hilang, yang ada rasa dendam dan jengkel, sehingga ketika tokoh tersebut mendapat musibah respon orang seperti ini justru merendahkan. Kepentingan  pragmatis telah membuat sebagian kecil masyarakat menafikan perasaan, menikmati atas kesusahan orang lain.

Kepentingan politik praktis yang membabi buta, telah menghilangkan rasa kemanusiaan. Pokoknya menang, dan jika kamu lawan, maka berita burukmu adalah  berita baikku. Ambisi politik telah menghilangkan kesadaran sebagai makhluk manusia. Empati telah hilang, kemampuan merasa telah hilang.

Pembelajaran Dari Rhoma Irama

Respon Rhoma irama untuk lebih semangat lagi untuk berkomitmendengan BNN diacungi jempol. Ia tidak meratapi berlebihan, bahkan langsung tegak berdiri melawan penjahat yang telah terlibat rusaknya anak kesayangannya. Raja Dangdut menguatarakan “ siap untuk membuat komitmen dengan BNN demi terciptanya negara yang bebas dari narkoba”.

Rhoma begitu matang untuk tidak terjebak kepada ketakutan imej, jika anaknya terlibat penggunaan narkoba. Ia tidak menyembunyikan atau berkelit atau bahkan cuci tangan dengan menyalahkan anaknya. Ia ambil tanggung jawab lebih untuk bergerak lebih lagi, karena  sekarang narkoba telah merusak anaknya sendiri.

Sikap tenang Rhoma Irama dengan tetap konser menunjukkan kematangan. Ia tetap menjalankan hidup, meskipun hatinya  pedih karena anaknya tertimpa masalah. Rhoma memiliki kemampuan mengolah pikirannya yang mendasar (metakognisi) kalau badai harus direspon dengan cara  yang waras. Ia tidak takut dengan jatuhnya citra, ia tidak takut harus ditanya wartawan.

Belajar Empati

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline