Dalam satu dua bulan ini kota disuguhkan perdebatan soal istilah full day school. Begitu banyak silang pendapat antar berbagai kelompok dan perorangan yang berasal dari berbagai latar belakang. Akhirnya Mendikbud memberikan klarifikasi bahwa full day school bukan berarti sekolah seharian. Lalu dengan segera perdebatan mereda. Tak lama berselang, Pak Menteri memberikan penjelasan maksud full day school sebagai pendidikan karakter. Sentak, istilah ini menimbulkan gegap gempita di masyarakat. Istilah pendidikan karakter yang telah lama menjadi isu kembali masuk area perdebatan. Beberapa waktu kemudian, pak menteri kembali menjelaskan bahwa pendidikan karakter itu adalah pendidikan kokurikuler. Sampai saat ini, perdebatan mulai mereda.
Sepintas, kelihatan pak menteri mencla mencle, namun saya meyakini pada hakekatnya pergantian istilah tersebut sebenarnya memiliki maksud yang sama. Hanya saja, penggunaan istilah yang tidak menyiratkan apa yang dimaksud dalam pikiran dari program tersebut. Dalam kumunikasi publik, peran simbol melalui istilah menjadi penting. Media publik tidak memiliki ruang yang besar untuk seseorang memberikan informasi secara mendetail. Iklim media sosial saat ini, membuat seseorang membaca begitu banyak sumber bacaan, sehingga ia melakukan penyederhanaan untuk dapat membaca berbagai materi. Oleh karena itu, istilah (judul) memiliki arti strategfis. Ia menjadi faktor penentu seseorang mengarahkan pemahaman atas sebuah wacana.
Membaca atau mendengar informasi pada dasarnya subjektif. Oleh karena itu sekuensial dari urutan dan sistematika penyampaian informasi menjadi penting. Pembaca dan wacana saling berinterkasi untuk mengarahkan makna. Pembaca ataupun pendengar bukanlah pihak pasif yang dengan mudah diarahkan untuk memaknai sesuatu sesuai dengan kemauan penyampai pesan. Adakalanya pembaca yang mengontrol makna yang ia pilih, meskipun ia sedang dipengaruhi oleh pesan yang ia baca atau ia dengar.
Sehubungan dengan hal tersebut, judul menjadi sangat penting, bahkan teramat penting. Judul adalah wakil dari makna pesan. Pilihan judul full day school pak menteri merupakan sebuah kealpaan yang fatal. Hal pertama, secara harfiah siapapun akan mengatakan itu berarti sekolah seharian, oleh karena itu tidak salah jika banyak yang khawatir dengan segala konsekuensi dari makna tersebut. Pembaca tidak lagi memberi kesempatan agar pak menteri menjelaskan secara lebih lengkap apa itu full day school.
Sata pak menteri memberi judul pendidikan karakter, pembaca dan pendengar langsung memberikan makna atas istilah tersebut. Pembaca tidak lagi bisa dengan arif untuk mendengar penjelasan bahwa pendidikan karakter tersebut berisikan kegiatan kokurikuler.
Jika ini merupakan upaya untuk menarik perhatian publik, apa yang dilakukan pak menteri benar adanya. Ungkapan judul tersebut menjadi polemik, dan akhirnya banyak pihak membicarakan. Namun menteri bukan sekedar ide program dikenal luas. Semoga kita doakan pak menteri lebih pas menggunakan judul....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H