Cerita tentang boneka kayu Pinokio ini di buat oleh Carlo Coloni di tahun 1881.
Pinokio yang suka bohong ini sebenarnya adalah satire politik. Karena sang penulis juga seorang pegawai pemerintahan, jadi paham politik. Pinokio adalah gambaran dari sang raja yang saat itu berkuasa.
Itu dianggap sebagai kritikan halus terhadap perkataan Raja yang tidak sesuai dengan kenyataan. Semakin banyak bohong , maka hidung Pinokio semakin panjang. Kalau kemudian Pinokio sadar akan salahnya dan lalu berkata jujur , hidung nya akan kembali normal.
Sejak itu , tokoh Pinokio muncul di dalam satire dunia perpolitikan di Eropa dan Amerika. Setiap politikus atau kepala negara berkata salah , beda dengan kenyataan , maka mereka digambarkan sebagai Pinokio.
Bagi rakyat Amerika atau Eropa yang sudah dewasa berpolitik , salah bicara atau terkesan berbohong bagi seorang politikus atau kepala negara sekalipun adalah termasuk dianggap manusiawi. Yang penting tidak sengaja berbohong untuk suatu propaganda jahat untuk rakyat.
Tokoh hebat dan kawakan seperti Donald Trump pun , seringkali salah bicara ke publik tentang data , dan paling sering di gambarkan sebagai pinokio oleh para jurnalis .
Tapi ini satire dan guyonan biasa , Trump pun kadang tertawa renyah, kalau di gambarkan sebagai sosok Pinokio. Hidung nya Trump digambarkan panjang sekali.
Tidak sekedar membuat hidung panjang, di karikaturnya ditulis juga , apa saja yang salah dalam ucapan - ucapan sang Presiden. Jadi tidak sekedar mengkritik tanpa data.
Bagaimanapun, Trump adalah sejatinya orang baik dan rakyat Amerika tahu itu. Makanya terpilih secara demokrasi sebagai presiden.
Tapi kalau seorang tokoh negara digambarkan sebagai Pinokio , dan tidak di sertai data yang akurat tentang kesalahan ucap nya atau kebohongan nya. Itu bisa dianggap bukan satire. Tapi bisa dianggap membuat kesan buruk ke tokoh itu.
Dan ,janji masa kampanye seorang politikus tidak berarti kebohongan. Karena janji itu harapan atau keinginan. Yang penting bagi rakyat ,janji itu memang terus di upayakan untuk diwujudkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H