Lihat ke Halaman Asli

Gunawan Mahananto

Ordinary people with extraordinary loves

Manchester City Kalah oleh Faktor Psikologis

Diperbarui: 16 Januari 2018   17:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto internet: tekno.liputan6.com

Setelah tuntaskan lagu Wonderwall di penutup konser nya di hadapan fans nya yang banyak memakai atribut tim Manchester City di Ancol, Jakarta, malam 14 Januari 2018, konon, Liam Gallagher buruan ke hotel tempat nya menginap. Untuk segera nonton bola antara Liverpool dan Manchester City. Sayang seribu kali sayang, Manchester City kalah. Yang lebih disayang kan, rekor tidak pernah kalah menjadi terhenti. 

Tak terbayang perasaan Liam Gallagher saat menyaksikan Manchester City kalah. Mungkin ide bagus kalau Liam buat lagu untuk tumpahkan perasaan nya. Kira kira judulnya We re always with you together. Menyaingi judul lagu tim Liverpool. You ll never walk alone.

Tak bisa di pungkiri , untuk bermain di bawah teror supporter tuan rumah , yang sepanjang pertandingan mereka bernyanyi seolah berteriak lagu You'll never walk alone, bukan pekerjaan mudah. Harus ada seorang figur pemimpin tim di lapangan dan pemain pemain yang kuat mental dan sudah sarat pengalaman sebagai teladan bagi junior nya.

Lagu Don't look back in Anger dari supporter tim City untuk memberi support ke tim kesayangan nya di lapangan, hanya sayup sayup aja terdengar. Karena kuota tim tamu, biasa sekitar 10% dari kuota total bangku penonton. 

Meski secara statistik permainan, City punya ball possesion yang jauh lebih banyak, namun Liverpool lebih banyak shots on target . Tembakan pemain Liverpool banyak yang titis ke gawang lawan. Artinya ,  Liverpool lebih efektif memanfaat kan peluang.

City juga dianggap pantas kalah saat main di Anfield, stadion angker milik Liverpool. Mulai bermain sampai menit ke 80 ..semua pemain City terlihat canggung. Seperti menanggung beban yang sangat berat. Tidak adanya  Sang kapten asli Company, yang lebih Flamboyan dan tegar memimpin di lapangan. 

Juga tanpa gelandang mungil tapi kuat dan cerdik David Silva. Pas momen Liverpool berganti pemain, dimana Emre Can keluar di ganti James Milner, inilah momen kebangkitan tim City. 

Secara psikologis sebenarnya James Milner ini justru menambah kekuatan mental tim City. Karena James Milner adalah bekas pemain andalan City. Maka lahirlah 2 gol balasan dari City. Untung James Milner masuk setelah Liverpool unggul 3 gol. Kalau cuma 2 gol, tentu cuma akan hasil draw atau seri di akhir pertandingan.

Liverpool sukses menahan gerakan sang pengatur serangan Kevin De Bruyne, karena semua pemain City sibuk menahan gempuran dan pressure dari pemain depan dan gelandang Liverpool. Pemain sayap kanan City, Raheem Sterling yang biasa trengginas dan bikin gol dibuat melempem. Selain pressure dari penonton yang selalu memberi teriakan huuuu saat sang pemain memegang bola , mungkin juga sang pemain tidak bisa sepenuh hatinya bermain. Karena Raheem Sterling sebelum main di City adalah andalan dan idola fans tim Liverpool. 

Saya setuju dengan pendapat, bahwa dari segi tehnik dan taktik, seharusnya seimbang pertandingan ini. Tapi kemenangan psikologis yang lebih banyak dimiliki Liverpool, maka dewi Fortuna lebih memihak ke Liverpool. Dan memang itulah menariknya sepakbola. Meski bola itu bundar, tapi Dewi Fortuna lebih suka memihak tim yang kerja keras, seolah berjuang antara hidup dan mati. 

Makassar, 16 Januari 2018.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline