Lihat ke Halaman Asli

Batas

Diperbarui: 24 Juni 2015   06:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Tepat pukul 5 pagi, serine dibunyikan. Itu artinya sebentar lagi pintu pagar akan dibuka.
Orang2 mulai bersiap2 untuk masuk. Entah berapa jumlah manusia dipagi buta seperti itu yang akan keluar sebentar dari 'rumah' mereka.
Mereka berlari menuju 2 loket yang tampak terang.
Mereka berbaris rapi 2 barisan untuk 1 loket.

Selain mereka, banyak lagi orang2 yang berlalu lalang entah apa tugas dan wewenang mereka.
Matanya mencari sesuatu diantara barisan.
Ada yang ditarik keluar..entah apa masalahnya..
Bahkan, ada beberapa dari mereka yang ditipu dan dipermaikan (terutama mereka TKI baru)
Walaupun juga baru pertama kali masuk, saya juga gak lugu-lugu aja.
Saya harus tampak sebagai orang yang cergas dan jangan seperti orang yang bingung (jangan sombong juga).
Paspor saya sempat diminta oleh seseorang (mau lihat katanya) dan saya tidak mau memberikan (tidak juga terjadi apa*alhamdulillah)

Ada yang berdiri disamping saya sambil berkata "mau saya bantu, gak perlu ngantri" katanya.
Pantas saja, saya merasa mengapa lama sekali antrian saya.
Padahal hanya beberapa orang lagi yang akan dicap paspornya.
Tapi, rasanya seperti ada ratusan orang yang mengantri.
Ternyata, petugas loket dapat 'job tambahan' dari mereka yang gak jelas statusnya alias calo'.
Sempat berpikir, seharunya calo' minta cap jangan dengan petugas loket. Kasian yang meng-antri menjadi lama menunggu. Minta saja cap dengan petinggi-petinggi yang didalam kantor (entah apa yang mereka kerjakan).

Saya mulai mendapatkan giliran.
Begitu saya berikan paspor saya, ada orang dibelakanya yang memberikan beberapa tumpukan paspor lagi.
Entah paspor siapa itu??
Penjaga loket bingung? Merasa tidak enak?
Tapi dasar, urat malu sudah gak ada lagi.
Petugas loket tersebut berkata kepada orang di belakangya "simpan dulu, simpan dulu..jangan diliatin gitu"

Akhirnya, selesai dapat cap masuk dari imigrasi.
Saya melangkahkan kaki ke tanah yang sama namun sudah negara yang berbeda.
Di negara yang berbeda itu saya melihat pemandangan yang sangat jauh berbeda.
Antrian yang panjang tidak begitu terlihat, karena begitu banyak loket dibuka.
Tak tampak, orang yang gak jelas statusnya yang biasa ngalur ngidul dekatin orang2 untuk nawarin jasa cap paspor, tukarin uang dll.

Semoga nanti saya kembali pulang melewati jalan yang sama, saya sudah mendengar cerita yang berbeda.

Kalimantan




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline